SMJTimes.com – Di tengah perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup belajar, metode hybrid learning mulai banyak diadopsi oleh institusi pendidikan.
Hybrid learning atau pembelajaran campuran adalah metode yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring (online). Metode ini dinilai fleksibel, adaptif, dan sesuai dengan kebutuhan era digital.
Tapi, pertanyaannya: seberapa efektif metode ini untuk Generasi Z?
Generasi Z yang tumbuh di era digital terbiasa multitasking, visual, dan akrab dengan teknologi sejak usia dini. Maka dari itu, hybrid learning dianggap lebih sesuai dengan karakter belajar mereka yang cenderung mandiri, cepat menyerap informasi dari video, serta senang eksplorasi berbasis internet.
Sebuah penelitian dari Educause Review (2022) menunjukkan bahwa mahasiswa Generasi Z merespons positif model pembelajaran hybrid karena merasa memiliki kendali atas waktu dan cara mereka belajar.
Mereka bisa mengulang materi online, berdiskusi langsung saat tatap muka, dan menggunakan berbagai sumber belajar digital secara mandiri. Hal ini menciptakan personalisasi yang selama ini kurang di metode belajar konvensional.
Namun, efektivitas metode hybrid juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, salah satunya adalah kesiapan infrastruktur digital.
Di Indonesia, kesenjangan akses internet masih menjadi hambatan bagi sebagian pelajar, terutama di daerah pelosok.
Data dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) menunjukkan bahwa sekitar 30% sekolah di Indonesia belum memiliki akses internet memadai untuk pembelajaran daring.
Selain itu, hybrid learning menuntut kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik. Tidak semua siswa mampu mengatur ritme belajar sendiri tanpa pengawasan ketat.
Beberapa dari mereka justru merasa terisolasi dan kehilangan motivasi karena kurangnya interaksi sosial secara langsung. Dalam konteks ini, peran guru dan pendampingan tetap penting agar proses belajar berjalan efektif.
Meski begitu, banyak pihak percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, hybrid learning bisa menjadi solusi masa depan pendidikan. Model ini memungkinkan kolaborasi digital, penggunaan teknologi interaktif, serta fleksibilitas yang tidak dimiliki pembelajaran konvensional.
Dengan dukungan pelatihan guru, penguatan literasi digital siswa, dan pemerataan akses internet, hybrid learning bisa menjadi metode yang optimal, bukan sekadar alternatif darurat. (*)
Komentar