Debit Air di Lereng Muria Turun Drastis

Bagikan ke :

Pati, SMJTimes.com – Kepala Seksi (Kasi) Konservasi dan Pemulihan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Eko Putranto mengatakan debit air di sekitar lereng Gunung Muria mulai menurun drastis. Kondisi ini diduga disebabkan karena wilayah tersebut lebih banyak ditanami tanaman semusim dibandingkan tanaman tegak.

“Kawasan Muria lahannya mulai kritis, sumber air debitnya menurun karena pohon tegakan di atas sangat kurang. Kini yang ada tanaman semusim seperti sengon, ketela, jagung. Kalau untuk konservasi ini tidak dibenarkan,” kata Eko, Selasa (5/10/2021).

Tanpa adanya tanaman pohon tegak, tidak ada yang menampung dan menyerap air hujan. Air yang masuk ke tanah berkurang. Apabila tidak segera dilakukan penyelamatan, pada tahun-tahun yang akan datang sumber air di kawasan tersebut diprediksi mengering.

Kawasan wilayah penyangga Muria yang jadi sorotan Dinas Lingkungan Hidup Pati diantaranya Kecamatan Gunungwungkal khususnya di Desa Jrahi. Lalu, desa- desa di Kecamatan Gembong seperti Sitiluhur, Plukaran, dan Klakahkasiyan. Serta desa-desa di Kecamatan Tlogowungu.

Eko menerangkan Pemkab Pati tidak berkeinginan menonaktifkan lahan pertanian tanaman semusim di lereng Muria karena akan mengganggu perekonomian masyarakat.

Pemkab lebih memilih langkah solutif dengan mencanangkan penanaman pohon tegak produktif seperti durian, klengkeng, dan matoa. Dengan langkah ini selain melakukan reboisasi mengembalikan ekosistem, masyarakat golongan petani juga tak akan kehilangan mata pencahariannya.

“Konservasi di lereng atas tidak bisa terus-terusan seperti dulu. Kami akan sosialisasikan agar ditanami pohon-pohon tegakan yang produktif. Dalam tahun anggaran 2022 akan kita kirim bantuan ke kawasan tersebut. Nanti saya konsultasikan dengan PPL (penyuluh pertanian lapang) di sana,” imbuh Eko. (*)

Komentar