Menurut Ahli Pangan, Berikut Tips Konsumsi Makanan Kaleng!

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Makanan kaleng memiliki banyak kelebihan dan menawarkan kemudahan. Menurut ahli dari Academy of Nutrition and Dietetics, makanan kaleng memiliki gizi yang sama dengan makanan segar dan beku. Selain itu, masa kadaluwarsa makanan kaleng cukup panjang, sehingga jenis makanan tersebut cocok digunakan sebagai pilihan bagi anda saat keadaan darurat.

Ahli keamanan makanan menjelaskan jangka waktu dan metode penyimpanan terbaik untuk mencegah pembusukan makanan kaleng. Mitzi Baum yang merupakan instruktur keamanan pangan di Michigan State University dan CEO Stop Foodborne Illness menjelaskan bahwa perlu untuk memahami arti dari label tanggal.

“Mungkin ada berbagai tanggal dan nomor pada makanan kaleng yang dibeli di toko, termasuk tanggal produk diproduksi, informasi fasilitas produksi dan kode lot, serta tanggal ‘digunakan sebelum’ atau ‘dijual sebelum’,” ujarnya.

Perlu diketahui, tanggal ‘digunakan selama’ dan ‘dijual selama’ mengacu pada puncak kualitas rasa dan kesegaran produk. Artinya, setelah melewati tanggal tersebut, kemungkinan produk mengalami penurunan kualitas rasa dan kesegaran.

Menurut Bryan Quoc Le, seorang konsultan makanan dan penulis 150 Food Science Questions Answered, makanan asam tinggi (seperti tomat) biasanya akan mempertahankan kualitasnya selama 18 bulan setelah tanggal ‘gunakan sebelum’ atau ‘jual sebelum’, sementara makanan rendah asam (seperti daging dan sayuran) dapat bertahan selama dua hingga lima tahun.

Kendati demikian, perlu diperhatikan pula cara penyimpanannya agar makanan tersebut dapat bertahan lama dengan kondisi yang baik, yakni bebas dari karat, penggembungan, pembengkakan, kebocoran dan kerusakan kemasan. Penyimpanan terbaik makanan kaleng adalah diletakkan di tempat yang sejuk dan kering, karena suhu hangat dan lembap dapat mempercepat kerusakan dan berkarat.

Selain itu, perhatikan pula keadaan kemasan sebelum mengonsumsinya. Tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan dari kaleng yang bocor, menggembung, penyok parah, berkarat, berbau hingga mengeluarkan cairan saat dibuka.

Perubahan bentuk kaleng bisa menciptakan lubang mikroskopis, yang memungkinkan oksigen dalam jumlah kecil untuk masuk. Hal ini menciptakan lingkungan di mana spora botulinum dapat berkembang biak. Sehingga menyuburkan pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum.

Mikroorganisme tersebut dapat melepaskan toksin yang menyebabkan botulisme, penyakit langka namun serius yang mempengaruhi saraf tubuh.

“Jika kita dapat membersihkan karat dengan kain basah, makanan di dalamnya masih aman. Jika karatnya sudah parah dan tidak bisa dibersihkan, buang saja kalengnya,” saran Mitzi Baum.

Komentar