Fakta Makanan di Pesawat yang Perlu Anda Ketahui!

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Saat melakukan perjalanan panjang dengan pesawat, para penumpang biasanya dihidangkan makanan. Pilihan makanan yang disediakan oleh pihak maskapai memang terbatas dan terkesan sudah mendingin. Bahkan, kadang ditemui ada seorang penumpang mengeluhkan makanan yang dihidangkan saat di pesawat. Entah karena cita rasanya yang tidak sesuai dengan lidah kebanyakaan orang, atau makanan yang terlihat tidak fresh.

Namun, tahukah anda beberapa alasan tertentu yang membuat makanan dari maskapai pesawat memiliki cita rasa berbeda?

Hal ini juga tak terlepas dari cara pembuatan dan cara penyajiannya yang didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu.

Dilansir dari Detik, berikut adalah alasan mengapa makanan di pesawat terasa berbeda.

Perbedaan selera saat makan di ketinggian

Faktor utama yang membuat makanan pesawat bercita rasa berbeda dan dianggap hambar karena perbedaan selera makan seseorang saat berada di ketinggian.

Berada di ketinggian dapat mempengaruhi seseorang mengalami penurunan selera makan. Dalam kondisi ini, saat penumpang pesawat berada di ketinggian lebih dari 9.000 meter, kemampuan indera perasa aka  terpengaruh oleh tekanan. Hal tersebut yang membuat makanan terasa hambar.

Selain itu, AC dalam pesawat membuat  udara lebih rendah. Hal ini akan mengurangi kadar air dalam makanan. Suara bising dan getaran pesawat juga akan merangsang saraf telinga yang berakibat mengurangi intensitas rasa tertentu.

Penambahan gula dan garam

Terkadang, makanan di pesawat memiliki rasa asin dan manis yang tidak seimbang. Menurut penelitian maskapai penerbangan Jerman Lufthansa, ketika berada di udara, garam memiliki kadar 20 hingga 30 persen lebih sedikit. Sedangkan gula memiliki kadar 15 hingga 20 persen lebih sedikit.

Oleh sebab itu, mereka membuat makanan di pesawat memiliki lebih banyak garam dan gula sebesar 30 persen. Bumbu juga ditambah lebih banyak ke dalam makanan tersebut.

Menurut Russ Brown selaku direktur santapan dan ritel maskapai American Airlines, bumbu merupakan kunci yang memastikan makanan terasa enak di udara. Selain itu, koki di pesawat seringkali memodifikasikan resep dengan tambahan garam atau bumbu yang lebih banyak, menyesuaikan kondisi pesawat.

Menurut Profesor Zhou Weibiao, seorang direktur Program Ilmu dan Teknologi Pangan NUS, beberapa kali mengonsumsi makanan berlebih bumbu dalam sebulan tidak akan berdampak besar untuk kesehatan.

Selain itu, terdapat beberapa fakta di balik makanan di pesawat seperti berikut ini.

Prioritas utama keamanan pangan

Prioritas utama makanan di pesawat adalah keamanannya. Fritz Gross yang merupakan direktur kuliner di LSG Sky Chef Asia Pasifik mengungkapkan bahwa pelatihan utama yang dilakukan untuk layanan katering yang menyediakan makanan untuk beberapa maskapai besar adalah keamanan pangan. Mereka membuat makanan dengan kuantitas besar, sehingga mereka harus memastikan keamanan pangan terlebih dahulu.

Sebenarnya, ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh petugas katering makanan pesawat, salah satunya adalah steak medium-rare tidak boleh dikonsumsi. Sebagai gantinya, pilihan yang lebih aman, yaitu pasta atau ayam.

Makanan lain yang dianggap aman adalah semur. Makanan ini bisa dipanaskan berulang kali dan rasanya tetap enak.

Selain itu, Fritz Gross juga merekomendasikan makanan seperti nasi goreng dengan ikan berlemak yang tahan dengan kelembaban.

Perbedaan menu untuk Pilot dan penumpang

Pilot dan Co-Pilot memiliki aturan untuk tidak makan dengan makanan yang sama dengan penumpang. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko pilot jatuh sakit karena mengonsumsi makanan tertentu. Beberapa maskapai bahkan memberikan aturan kepada pilot untuk tidak memakan ikan mentah sebelum terbang.

The Telegraph mengkonfirmasi kepada Virgin Atlantic jika kapten biasanya bertanggung jawab untuk memastikan sebisa mungkin pilot yang bertugas makan makanan berbeda dalam penerbangan. Biasanya pilot mendapat makanan kelas satu, semenara co-pilot mendapat makanan kelas bisnis.

Komentar