SMJTimes.com – Siapa yang tak suka konsumsi makanan manis? Makanan manis tak hanya menggoyang lidah para menikmatnya, namun juga membuat orang tak bisa berenti mengunyah.
Apa kamu pernah merasa demikian? Iya, itu karena saat gula menyentuh lidah kita, ia mengaktifkan indera perasa tertentu yang mengirimkan sinyal ke otak, termasuk korteks serebral. Kemudian, sinyal tersebut mengaktifkan sistem di dalam otak dan melepaskan zat kimia dopamin, yang membuat kita merasa nyaman.
Baca juga: 7 Manfaat Air Rebusan Serai, Atasi Kembung hingga Diare
Sering kali, ketika kita makan sesuatu yang baru dan enak, dopamin dilepaskan saat kita pertama kali mencicipinya. Alhasil, efek dari pelepasan dopamin ini membuat kita kecanduan. Itulah sebabnya, orang-orang sangat menyukai makanan manis.
Ironisnya, setiap kali mengonsumsi makanan manis, kita akan berulang kali mengaktifkan sistem di dalam otak dan dopamin dilepaskan. Begitu terus sampai kita menginginkan gula lebih banyak lagi agar rasa nyaman itu tetap ada.
Baca juga: Ancaman Gula Bagi Tubuh
Dalam sebuah penelitian pada tikus terungkap, bahwa tikus yang diberikan makanan tinggi gula akan melepaskan zat kimia otak. Sehingga mereka kurang mampu berhenti mengonsumsi makanan tersebut.
Selain itu, tikus yang terlalu banyak mengonsumsi makanan manis menunjukkan fungsi otak tertentu di area prefrontal dan hipokampus (area penting untuk pembentukan dan retensi memori) terganggu.
Baca juga: Apa Benar Konsumsi Telur Berlebihan Picu Diabetes?
Penelitian pada tikus lain juga memperlihatkan, konsumsi makanan tinggi gula dapat meningkatkan peradangan di area otak yang memengaruhi memori jangka pendek. Otak dan usus Kita mungkin tidak menyadari, ada hubungan yang kuat antara usus dan otak kita saat sedang mengonsumsi makanan manis.
Kelebihan gula mendorong pankreas untuk memproduksi insulin ekstra. Insulin memberi sinyal pada sel lemak untuk menyimpan glukosa, asam lemak, dan zat kaya kalori lainnya dalam jumlah yang berlebihan.
Baca juga: Kaya Antioksidan, Ketahui Fakta Nutrisi Buah Naga
Akibatnya, terlalu sedikit kalori yang tersisa di aliran darah, sehingga otak mengira kekurangan bahan bakar. Jadi, ini bisa meningkatkan rasa lapar. Sementara, gula adalah pilihan menarik karena memberikan energi yang cepat.
Dengan demikian, siklus kecanduan terhadap makanan manis dimulai kembali. Kita bisa mengidam semakin banyak brownies, es krim, atau segelas boba.
Baca juga: Konsumsi Jeroan Berlebihan, Berisiko Penyakit Jantung
Sebenarnya otak kita dapat beradaptasi saat mengurangi gula. Sayangnya, butuh waktu yang lama mungkin hingga berbulan-bulan, tergantung pada beratnya ketergantungan seseorang pada gula.
Nah, meski enak di lidah kita tetap harus mengurangi konsumsi makanan manis demi kesehatan tubuh kita. Hal itu bisa dimulai dengan mengurangi asupan gula sedikit demi sedikit setiap harinya.
Baca juga:
Komentar