SMJTimes – Herd imunnity atau kekebalan kelompok terhadap virus Corona digadang-gadang mulai muncul di Swedia. Klaim ini senada dengan kebijakan Swedia yang tidak secara ketat menerapkan lockdown seperti negara Eropa lainnya di masa pandemi Corona.
Swedia disebut berhasil menghindari gelombang kedua pandemi Corona meskipun pada awalnya tingkat kematian di negeri tersebut cukup tinggi. Hal tersebut ditandai dengan amat rendahnya kasus baru Corona sejak Maret, sekitar 28 infeksi per 100 ribu orang.
Baca juga: Antartika Tarancam “Kiamat Gletser”, Bagaimana Nasib Bumi?
“Ada sebagian bukti bahwa orang Swedia telah mengembangkan imunitas pada virus ini, yang bersama hal lain yang mereka lakukan untuk menghentikan penyebaran (Corona), cukup untuk mengendalikan penyakit itu. Mungkin, epidemi Corona di sana sudah selesai,” kata profesor Kim Sneppen, pakar penyakit menular di Niels Bohr Institute, Denmark seperti mengutip detikINET, Kamis (24/9/2020).
Data dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) menyebut beberapa waktu silam, angka kasus kumulatif selama 14 hari di Swedia adalah 22,2 per 100 ribu orang. Di Spanyol masih 279, Perancis 158,5, 118 di Republik Ceko dan 59 di Inggris.
Baca juga: Fenomena Langka, Bulan Biru Akan Muncul pada Oktober Mendatang
Tes yang dilakukan baru-baru ini pada 120 ribu orang hanya menunjukkan 1,2% positif. Walau tidak semua sepakat sudah ada herd immunity di sana, Swedia mulai dipandang berhasil dalam mengendalikan pandemi Corona.
Padahal kebijakan pemerintah Swedia cukup rileks ketimbang para negara tetangganya. Sekolah hanya ditutup untuk usia 16 tahun ke atas, sedangkan murid yang lebih muda tetap masuk. Saat ini bahkan sekolah dan kampus sudah dibuka kembali.
Baca juga: Hati-hati, Peneliti Mengungkap Risiko Penularan Covid-19 di dalam Pesawat
Mengutip detikINET, Guardian menyebut , perkumpulan di atas 50 orang dilarang dan warga berusia 70 tahun ke atas atau yang berisiko tinggi diminta isolasi mandiri. Selain itu, warga hanya diminta melakukan physical distancing dan kerja dari rumah jika memungkinkan.
Pertokoan, bar, restoran dan gim tetap dibuka. Artinya, aktivitas warga memang longgar, mereka diharapkan mematuhi aturan tanpa harus diminta secara paksa.
Baca juga: Fenomena Langka, Bulan Biru Akan Muncul pada Oktober Mendatang
Strategi tersebut diarsiteki oleh Anders Tegnell, pakar kesehatan negara itu. “Kami tidak mengalami kemunculan kembali penyakit itu yang dialami oleh negara-negara lain,” klaim dia.
Mengenai lockdown yang rileks, Tegnell membantah bahwa tujuannya adalah untuk mencapai herd immunity dalam waktu cepat, melainkan untuk memperlambat penularan Corona agar fasilitas kesehatan tidak tumbang. Dia menilai strateginya akan mujarab untuk jangka panjang.
Baca juga: Masker Kain Harus Labeli Cuci Sebelum Pakai Sesuai SNI
Kebijakan tersebut tidak terlepas dari kritik dan menuai sorotan dunia. Pada awal pandemi, angka kematian akibat virus Corona di Swedia lebih dari 5 kali lipat Denmark dan 10 kali lipat Norwegia dan Finlandia, para negara tetangganya.
Mengenai hal itu, Tegnell membela diri bahwa kematian yang tinggi tidak terkait dengan strateginya, melainkan kegagalan untuk mencegah penularan Corona di panti jompo yang tentunya dihuni oleh kelompok rentan.
Baca juga: Hati-hati, Peneliti Mengungkap Risiko Penularan Covid-19 di dalam Pesawat
Kini, strategi yang dipandang beberapa pihak untuk memicu herd immunity itu tampaknya mulai menunjukkan hasil, walau memang masih perlu studi lebih lanjut.
“Penurunan cepat kasus Corona yang kita lihat di Swedia saat ini adalah indikasi lain bahwa kalian bisa menurunkan kasus cukup banyak tanpa harus melakukan lockdown secara keseluruhan,” katanya dalam sebuah wawancara melansir detikINET.
Baca juga:
Komentar