Pati, SMJTimes.com – Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Endah Sri Wahyuningati mengungkap makna dibalik bergantinya nama Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) menjadi Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI).
Menurut wanita yang kini menjabat selaku Ketua Umum KORMI Cabang Pati itu, transformasi FORMI ke KORMI bakal usung semangat baru bagi pengurus untuk membugarkan masyarakat.
Ia menegaskan bahwa pergantian nama komunitas bukan sekedar seremonial semata, melainkan ada makna yang lebih mendalam.
Dengan sematan nama komite, saat ini pengurus FORMI yang sekarang menjadi KORMI mempunyai ruang gerak yang sama dengan komite-komite nasional yang lain.
“Kalau KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) secara umum memang menyelenggarakan olahraga prestasi, tapi kalau kami (KORMI) secara umum, kami memang ada olahraga prestasi tapi kalau kami, sebagaimana salam kami adalah sehat, bugar, gembira, dan luar biasa,” ujar wanita yang kerap disapa Bu Ning kepada SMJTimes.com.
Saat ini KORMI Pati memiliki 30 cabang olahraga untuk dibina. Di bawah kepemimpinannya, ia berkomitmen menyiapkan sarana prasarana cabang olahraga (cabor) dan membantu pemerintah menjadikan warga Pati lebih sehat, bugar, dan gembira.
Tidak hanya jargon, ‘Sehat, Bugar, dan Gembira’ sejatinya memiliki makna.
‘Sehat’ artinya memberdayakan masyarakat untuk sehat dengan olahraga apapun dengan porsi yang sesuai. “Misalnya sakit asma, itu ya juga ada paguyuban yang khusus mewadahi orang-orang penyakit asma,” imbuhnya.
Kemudian ‘Bugar’ artinya KORMI mempunyai visi membuatkan forum komunikasi bagi para manula di Pati agar secara bersama melakukan olahraga ringan demi mencapai kebugaran.
Dan ‘Bahagia’ artinya, selain mengejar olahraga prestasi KORMI mengupayakan para atlet agar berbahagia dengan cabor yang digeluti.
“Olahraga perahu naga misalnya, dalam prosesnya selain mengejar prestasi juga memberi rasa kebahagiaan. Juga bisa mengangkat kebudayaan daerah. Tadi disampaikan olahraga kearifan bangsa menggunakan musik daerah, kalau panahan menggunakan baju adat,” tandas politisi Partai Golongan Karya (Golkar). (*)
Komentar