SMJTimes.com – Tak hanya alkohol dan obat-obatan, seks juga dapat memicu kecanduan. Sejumlah dampat negative dapat terjadi pada tubuh akibat kecanduan seks.
Kecanduan seks diakibatkan dari tingginya libido atau gairah seksual seseorang. Kondisi ini dapat berdampak pada gangguan mental.
Perilaku kompulsif atau hiperseksual, pada awalnya, melibatkan pengalaman seksual umum yang menyenangkan. Seperti, masturbasi, sering gonta ganti pasangan, kecanduan pornografo, perilaku asusila di dunia maya, hingga prostitusi.
Namun, lama kelamaan pengalaman tersebut menjadi fokus utama dalam hidup penderita yang menjadi sulit untuk dikendalikan. Akibatnya, bisa berbahaya bagi dirinya sendiri hingga orang lain.
Tanda-tanda hiperseksual
- Memiliki fantasi seks, dorongan, dan perilaku seksual yang intens dan berulang
- terdorong melakukan perilaku seksual tertentu, namun merasa bersalah setelah melepaskan
- Sulit mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, dan perilaku seksual
- perilaku seksual kompulsif sebagai bentuk pelarian diri dari masalah seperti, kesepian, depresi, cemas, atau stres.
- Kesulitan membangun dan menjaga hubungan sehat dan stabil dengan orang lain
Ketika mengalami gejala tersebut, bantuan psikiater sangat dibutuhkan. Pasalnya, perikal seksual kompulsif cenderung meningkat seiring waktu.
Perilaku kecanduan seks yang dibiarkan dan tak mendapat penangan tepat, dapat mengganggu beberapa aspek hidup.
Seperti menurunkan rasa percaya diri, mengganggu karier, kesehatan, merusak hubungan dengan orang lain atau terhadap pasangan misalnya berselingkuh.
Penting untuk diingat bahwa menikmati aktivitas seksual tidak sama dengan kecanduan seks. Seks adalah aktivitas hubungan manusia yang sehat dan dapat dinikmati secara normal.
Penyebab kecanduan seks
Sejumlah ahli menduga penyebab perilaku seksual kompulsi disebabkan oleh stress berat, gangguan mental, dan kseimbangan mood.
Faktor lainnya yang mungkin berpengaruh dan mendorong seseorang menjadi hiperseksual adalah hormon yang tidak seimbang. Androgen adalah hormon seks yang memengaruhi libido.
Saat tubuh memproduksi terlalu banyak androgen, hal tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi pecandu seks.
Senyawa kimia otak juga disinyalir menjadi sebab pecandu seks. Penelitian menunjukkan orang dengan kecanduan seks mungkin memiliki perbedaan neurokimia di pusat otak.
Risiko kecanduan seks
Jika tak mendapatkan penanganan yang tepat, pecandu seks dapat berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain
Berikut ini risiko yang dihadapi pecandu seks.
-
Membahayakan kesehatan
Seiring perkembangan gangguan mental, para pecandu seks cenderung akan meningkatkan intensitas tindakan, termasuk melakukan hubungan seks tanpa pelindung dan kerap berganti pasangan dalam waktu yang relatif dekat.
Hal ini berisiko menimbulkan beberapa penyakit kelamin seperti HIV/AIDS, hepatitis, sifilis, gonore atau kencing nanah, infeksi klamidia, dan sebagainya.
-
Pelanggaran hukum
Salah satu bahaya hiperseksual adalah mengganggu kesehatan mental. Pecandu seks juga berisiko melakukan perbuatan seks menyimpang.
-
Mengganggu pekerjaan
Kecanduan seks berpotensi menurunnya produktivitas kerja. Kinerja akan terganggu dan mudah terdistraksi karena terfokus pada suatu hal yang berbau seksual.
-
Merusak hubungan dengan pasangan
Hiperseksual berpotensi merusak hubungan serta menghancurkan rasa percaya pasangan. Pasangan akan merasa terasing, terisolasi, tertekan, marah, bahkan terhina.
Perlu diingat, penanganan hiperseksual dapat berbeda-beda tiap individu. Hal ini sesuai dengan kondisi kesehatan dan mental seserang. Oleh karenanya, penting bagi pecandu untuk menghubungi ahli untuk melakukan pengobatan.
Komentar