Semarang – Libur hari raya Idul Fitri menjadi berkah tersendiri khususnya bagi pengelola destinasi wisata. Di Jawa Tengah, angka wisatawan meningkat hingga 40% . Angka ini melampaui prediksi Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah.
Kepala Disporapar Jateng, Sinung Nugroho Rachmadi, menyampaikan jika peningkatan tersebut cukup fantastis jika dibandingkan pada hari biasa dan akhir pekan.
“Sebelum Lebaran kami memprediksikan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan ke Jateng naik 25%, tapi ternyata dari pantauan dan laporan yang masuk sementara ini, kenaikan di masing-masing obyek wisata di Jateng mencapai 40%,” terangnya pada Selasa (11/6).
Jumlah angka tersebut masih berdasarkan pantauan dari Disporapar karena untuk jumlah riil biasanya akan dilakukan di akhir tahun.
“Terkait kenaikan 40% itu berdasarkan pantauan kami serta laporan dari sejumlah pengelola obyek wisata. Misalnya di hari biasa atau weekend kunjungan wisatawan 1.000 orang, pada libur Lebaran kemarin bisa mencapai 1.400 orang perhari,” imbuhnya.
Menurutnya, destinasi wisata favorit para wisatawan tahun ini paling banyak adalah wisata alam. Hal ini karena di sejumlah lokasi di Jawa Tengah seperti di Solo, Wonosobo, Tegal, Magelang, Banyumas, Jepara, Tegal dan Semarang mempunyai keindahan alam yang menarik.
“Soalnya sekarang ini sudah menjadi trend, bahwa masyarakat lebih senang kembali ke alam. Sehingga obyek wisata alam seperti dataran tinggi, pegunungan, air terjun, sungai, pantai, danau dan lainnya menjadi lokasi favorit untuk berkumpul bersama keluarga,” imbuhnya
Peningkatan pengunjung destinasi wisata ini tidak terlepas dari upaya-upaya Pemprov dalam melakukan penataan destinasi wisata.
Di Kota Semarang misalnya, selama libur Lebaran tahun ini, jumlahnya tembus di angka 80.000 orang pada hari pertama Lebaran, yakni Rabu (5/6/2019) hingga hari ke tiga pada Jumat (7/6/2019). Diprediksi jumlah itu akan bertambah mengingat laporan data pengunjung wisatawan pada Sabtu dan Minggu belum direkap. Jumlah itu diakui naik 1,5 kalilipat dibanding pada kunjungan tahun sebelumnya.
Akan tetapi, meskipun capaian tersebut cukup menjadi sebiah prestasi tersendiri namun masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, salah satunya adalah tarif tiket serta kuliner di lokasi wisata. Hal ini tak lain karena adanya komplain yang disampaikan oleh wiasatawan dibeberapa lokasi wisata.
“Padahal saya sudah mewanti-wanti pengelola wisata dan para pedagang kuliner untuk tidak ngepruk atau menaikkan tarif terlalu tinggi. Naik boleh asal wajar dan pantas. Sudah ada laporan beberapa yang masuk ke saya terkait adanya tarif yang ngepruk, makanya langsung kami tindak,” ucapnya.
Peringatan dan edukasi terhadap pedagang yang melanggar hal tersebut dilakukan agar paguyuban kuliner di seluruh Indonesia bisa bersama mendukung pariwisata di Jateng dengan memberikan pelayanan yang bagus. (*)
Komentar