SMJTimes.com – Memasuki tahun 2025, tren pernikahan di Indonesia menunjukkan arah baru yang lebih segar dan berkarakter.
Setelah beberapa tahun terakhir diwarnai pesta mewah dan konsep internasional, kini pasangan muda mulai beralih pada gaya pernikahan yang lebih personal, tropis, dan menonjolkan keintiman.
Fenomena ini tak hanya dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup, tetapi juga oleh cara pandang baru terhadap makna pernikahan itu sendiri.
Menurut data Bridestory Trend Report 2025, lebih dari 60 persen pasangan Indonesia kini memilih pernikahan dengan jumlah tamu di bawah 300 orang. Konsep “intimate wedding” menjadi pilihan utama karena dianggap lebih hangat dan berkesan.
Selain alasan efisiensi biaya, perubahan ini juga mencerminkan keinginan pasangan muda untuk menonjolkan nilai keaslian (authenticity). Banyak di antara mereka memilih lokasi semi-outdoor seperti villa di Bali, kebun di daerah Bogor, atau taman bergaya rustic di Yogyakarta.
Sentuhan personal terlihat dari detail seperti menu makanan khas keluarga, dekorasi buatan tangan, hingga dress code yang lebih santai namun tetap elegan.
Ciri lain yang menonjol di musim pernikahan 2025 adalah penggunaan tema tropis dengan warna-warna bumi seperti terracotta, olive, dan coral. Tren ini menggantikan dominasi warna pastel yang sempat mendunia beberapa tahun lalu.
Dekorasi berbahan alami seperti rotan, anyaman bambu, serta bunga lokal menjadi elemen utama yang memperkuat kesan hangat dan dekat dengan alam.
Fotografer pernikahan juga mencatat peningkatan permintaan sesi foto di lokasi alam terbuka seperti pantai, hutan pinus, dan perkebunan teh.
Tren ini tidak hanya memperlihatkan estetika tropis khas Indonesia, tetapi juga menegaskan keinginan pasangan untuk merayakan cinta dengan cara yang lebih alami dan membumi.
Tren terbaru juga menunjukkan munculnya pasar pernikahan yang semakin multisegmen. Industri kini tidak lagi hanya melayani kalangan menengah ke atas, tetapi juga pasangan muda dari berbagai latar ekonomi dan budaya.
Platform digital seperti Bridestory, Weddingku, hingga TikTok Wedding Hub berperan besar dalam membuka akses bagi pasangan untuk mencari vendor lokal dengan harga yang lebih terjangkau.
Selain itu, kolaborasi lintas industri semakin sering terjadi. Banyak desainer busana modest, seniman dekorasi, hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner lokal terlibat dalam proyek pernikahan kekinian.
Hal ini membuat pernikahan tidak lagi sekadar acara pribadi, tetapi juga ruang bagi pelaku kreatif untuk menampilkan karya.
Pergeseran tren ini menunjukkan bahwa pasangan modern melihat pernikahan bukan sekadar seremoni, melainkan pengalaman emosional yang perlu dinikmati dengan penuh makna, seperti menerapkan dengan benar terkait konsep “celebration of love”. (*)











Komentar