Kisah Larry Ellison, Pendiri Oracle Corporation yang Akan Investasi di RI

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Baru-baru ini, perusahaan teknologi global asal Amerika Serikat (AS), Oracle Corporation diumumkan akan menanam investasi di Negara Republik Indonesia (RI).

Seperti diketahui, Oracle merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia yang dikenal sebagai pionir dalam basis data, layanan komputasi awan (cloud) hingga solusi Artificial Intelligence (AI) untuk industri, dengan pendapatan kontrak yang belum dibukukan sebesar 455 miliar dollar AS.

Lalu, siapakah tokoh dibalik Oracle Corporation?

Melansir dari CNBC Indonesia, Lawrence J. Ellison atau yang akrab disebut Larry Ellison merupakan pendiri Oracle Corporation yang belum lama ini kekayaannya sempat tercatat melampaui Elon Musk, tokoh yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia menurut Bloomberg Billionaires Index.

Harta Ellison yang mencapai 357 miliar dollar AS atau setara Rp5.917 triliun ini disebut didorong oleh kenaikan harga saham Oracle, setelah mengumumkan kinerja keuangan secara keseluruhan yang ditopang oleh deman AI.

Sosok kelahiran Bronx, New York pada 17 Agustus 1944 ini dibesarkan di kehidupan yang sangat sederhana.

Ketika usia sembilan tahun, Ellison sempat terjangkit pneumonia yang menyebabkan dirinya dititipkan oleh bibi dan pamannya yang tinggal di Chicago untuk dibesarkan, karena sang ibu yang kala itu baru berusia 19 tahun berstatus belum menikah.

Hingga saat usia 12 tahun, ia tidak mengetahui status dirinya sebagai anak adopsi. Sang ayah angkatnya hidup sederhana sebagai auditor setelah kehilangan bisnis properti pada masa Depresi Besar (1929 hingga akhir 1930-an).

Namun, sejak usia dini pula Ellison menunjukkan sifat mandiri dengan bakat yang kuat dalam matematika dan sains hingga sempat dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik di Universitas Illinois, tempat ia belajar.

Belum sempat lulus, masuk masa tahun kedua perkuliahan, sang ibu angkat meninggal dunia yang menyebabkan dirinya memilih untuk putus kuliah. Sempat mendaftar di Universitas Chicago pada musim gugur berikutnya, namun hanya bertahan di semester pertama.

Atas lika-liku tersebut, sang ayah justru meyakini bahwa Ellison tak akan pernah sukses. Di balik keyakinan itu, Ellison justru diam-diam telah mempelajari dasar-dasar pemrograman komputer di Chicago.

Setengah ilmu yang dipunya itu ia bawa ke Berkeley, California dengan uang pas-pasan, diperjuangkan hingga berhasil berada kesuksesan seperti saat ini. (*)

Komentar