Rembang, SMJTimes.com – Demi memotivasi masyarakat Kabupaten Rembang dalam meingkatkan ketertarikan menanam kopi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang menggelar workshop “Membangun Korporasi Meningkatkan Kesejahteraan Petani Kopi”.
Dalam acara itu, Wakil Bupati Rembang Mochammad Hanies Cholil Barro’, Dandim 0720 Rembang Letkol Kav Donan Wahyu Sejati, dan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto turut menghadiri acara yang digelar di aula Kantor Dintanpan Kabupaten Rembang, Kamis (17/3/2022).
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memotivasi warga Rembang memiliki ketertarikan menanam kopi.
Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro’ mengatakan workshop ini menjadi momen awal untuk mengembangkan budidaya kopi sekaligus membangun sistem korporasinya di Rembang.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Hanies, produksi kopi di Rembang masih terbilang kecil. Sehingga perlu mendorong masyarakat untuk menanam biji kopi.
“Gairah petani untuk menanam biji kopi masih kurang. Karena belum menemukan sistem yang pas , kalau sudah panen kita jualnya kemana dan sebagainya, ” ujarnya.
Menurutnya, perlu ada intervensi dari pemerintah terutama persoalan lahan. Pasalnya lahan yang ditanami biji kopi saat ini sebagian besar lahan milik Perhutani.
“Mungkin nanti kita kerjasama dengan TNI, Perhutani juga. Kemudian nanti kita cari varietas yang paling cocok ditanam di Rembang, suhu dan kontur tanahnya seperti di Rembang,” ungkapnya.
Gus Hanies menyebutkan produsen atau pelaku UMKM kopi siap seduh termasuk warung kopi di Kabupaten yang terkenal dengan kopi leletnya ini cukup banyak, artinya kebutuhan kopi warga Rembang juga tinggi. Namun Rembang belum memiliki biji kopi unggulan sendiri.
Sementara, Dandim 0720 Rembang Letkol Kav Donan Wahyu Sejati mengungkapkan latar belakang membangun sistem korporasi di Rembang berangkat dari banyaknya masyarakat yang menyukai minuman kopi. Namun demikian, potensi tersebut tak diimbangi dengan komoditas tanaman kopi sebagai penyokongnya.
“Ada kebun kopi tapi masih sangat sedikit atau tidak luas. Saya melihat potensi ini bisa kita tingkatkan, terlebih kopi saat ini sedang naik daun, sehingga kita bisa mengajari petani dari kopi biasa bisa menjadi kualitas premium,” ungkapnya.
“Babinsa juga bisa ikut selain belajar , mereka juga bisa mengawasi. Karena sistem ini tidak bisa dibangun satu orang, tetapi beberapa pihak, teman- teman Dintanpan, babinsa, petani dan semuanya,” imbuhnya.
Kepala Dintanpan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menyebut populasi tanaman kopi di Rembang saat ini ada 200 hektar dengan rata- rata usia tanamannya di atas 20 tahun.
Secara umum budidayanya masih konvensional berada di tegakan tanaman lain. Hal itu mengakibatkan produksinya tidak maksimal. (*)
Komentar