Pati, SMJTimes.com – Harga kedelai dunia melonjak tinggi sehingga berpengaruh terhadap harga kedelai impor yang merupakan bahan baku tahu dan tempe.
Menurut M. Nur Sukarno selaku Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, kedelai bahan baku tempe dan tahu di Indonesia masih tergantung pada kedelai impor.
“Pasokan kedelai kadang ada masalah ketika ada lonjakan harga kedelai dunia,” ungkapnya kepada SMJTimes.com, Senin (14/2/2022).
Sebenarnya potensi kedelai di Kabupaten Pati cukup menjanjikan, tetapi belum ada perlindungan pada saat panen raya. Oleh karena itu, harga kedelai dari petani lokal akan jatuh.
“Hal itu yang mengakibatkan gairah untuk menanam kedelai di Kabupaten Pati menjadi tidak menjanjikan,” ungkap politikus Partai Golongan Karya (Golkar) itu.
Ia menegaskan, kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Komoditas kedelai merupakan sumber pendapatan petani dan dapat mendorong perkembangan industri.
Untuk diketahui, per Jumat (11/2/2022) sore, kedelai diperdagangankan seharga 15,83 dollar Amerika Serikat (AS) per gantang atau meningkat 15,52 persen.
Sepanjang triwulan I tahun 2022, harga kedelai dunia diperkirakan bisa mencapai 16,13 dollar AS per gantang. Dan sepanjang 2022 dapat menembus hingga 18,08 dollar AS per gantang.
Gejolak harga kedelai yang terjadi sejak awal 2022 itu akibat kekhawatiran pasar terhadap pasokan kedelai dunia, terutama dari Argentina dan Brasil.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan bahwa lonjakan harga kedelai dunia terjadi lantaran produksi dan pasokan kedelai dunia berkurang.
Faktor-faktor lainnya adalah imbas inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 7 persen, kekurangan tenaga kerja akibat pembatasan sosial di negara produsen, kenaikan biaya lahan, dan anomali cuaca. (*)
Komentar