Minat Pemuda Tani Rendah, Ini Faktornya

Bagikan ke :

Pati, SMJTimes.com – Krisis petani muda juga dirasakan Kecamatan trangkil. Turunnya minat bertani ini disebabkan oleh banyak faktor. Bila kondisi ini terus berlanjut, diprediksi untuk beberapa puluh tahun ke depan profesi petani bisa punah.

Dari banyak faktor tersebut, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Trangkil menyempitkannya menjadi dua faktor utama.

Diantaranya, para pemuda masih menganggap sektor pertanian belum menjanjikan penghasilan yang tinggi, masih tradisional, kurang moderen, dan kotor.

“Untuk trennya kurang begitu signifikan butuh kita edukasi petani muda agar tidak malu bertani. Tanggapannya kan kotor tidak menghasilkan apa-apa padahal kalau mau digeluti secara tekun dari pertanian bisa memperoleh penghasilan yang lebih daripada pekerjaan yang lain,” kata Sutriyono selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Trangkil saat diwawancara beberapa waktu yang lalu.

Kalau mau hitung-hitungan menjadi buruh tani lebih enak, jika dibandingkan menjadi buruh pabrik. Selain upah hariannya yang bersaing, jam kerja buruh lebih singkat.

Sutriyono menguraikan, dalam sehari buruh tani di trangkil untuk pekerjaan cabut bibit, menyemprot desinfektan, memperbaiki pematang sawah dan lain-lain bisa dihargai Rp70 ribu, dari pagi hingga pukul 12.00 WIB, sementara jika sampai pukul 15.00  WIB bayarannya bisa tambah menjadi Rp100 ribu.

Kembali ke pembahasan, untuk meningkatkan minat pemuda bertani, Penyuluh Pertanian Kecamatan Trangkil kini mulai mengenalkan alat-alat pertanian modern ke desa binaan.

“Sekarang pemerintah sudah memodernisasi alat. Sistem tanam padi dengan menggunakan alat yang modern. Artinya kita punya niat menggugah pemuda tani yang tak begitu greng dengan pertanian konvensional khusunya pemuda Trangkil bisa terjun ke lahan,” imbuhnya.

Perlu diketahui, fase bertami padi yang paling dianggap sulit dilakukan oleh para pemuda adalah fase tanam (tandur) dan panen.

Merespons hal tersebut, secara konkret BPP Trangkil telah melatih 6 petani muda di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil untuk menjadi operator transplanter (mesin alat tanam). Sementara mesin alat panen sudah banyak disewakan oleh penyewa.

“Tahun 2021 kami giatkan di daerah Rejoagung. Kita kawal untuk mendapatkan bantuan transplanter sudah hampir 2 tahun tapi tidak pernah digunakan. Ini kami galakan lagi, sudah melatih beberapa pemuda untuk mau menjadi operator transplater 6 pemuda. Alhamdulillah untuk periode tanam ini sudah mencapai 14 hektare di 14 desa di Trangkil dan Wedarijaksa,” kata Sutriyono melengkapi.

Selain kendala minat pemuda, faktor kedua yang mempengaruhi minat tani pemuda Sutriyono adalah tingginya modal yang dibutuhkan untuk mulai bertani.

“Kendala kedua yakni lahan dan modal. kalau tidak punya lahan kan mustahil menjadi petani. modal sokonngan dana alat pertanian juga butuh modal,” kata Sutriyono.

Ia berharap, terkait kendala permodalan ini juga menjadi perhatian pemerintah.(*)

Artikel ini telah tayang di Mitrapost.com dengan judul “Dua Faktor Turunnya Minat Pemuda Bertani di Trangkil

Komentar

News Feed