Ciptakan Alat Deteksi Diabetes dengan Sensor Cahaya, Mahasiswa Udinus Diganjar Medali Emas

Bagikan ke :

Semarang, SMJTimes.com – Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) berhasil menciptakan alat deteksi tingkat diabetes melitus dengan sensor cahaya. Digawangi oleh empat mahasiswa Fakultas teknik program studi S-1 Teknik Biomedis yakni Diana Almaas Akbar Rajah, Annelicia Eunice Arabelle, Nadiya Nurul, dan Kevin Tedjasukma.

Penelitian ini bahkan diganjar medali emas dalam ajang Asean Innovation Science and Entrepreneur Fair 2021. Alat tersebut merupakan satu satunya alat deteksi diabetes di Indonesia yang menggunakan sensor cahaya tanpa harus menusukan jarum dan melukai tangan penderita untuk mengambil sampel darah.

Alat yang diberi nama Gluconov ini berbentuk kubus kecil dengan lubang untuk memasukkan jari di atasnya. Gluconov menggunakan rangkaian sensor (spektrofotometri) memiliki komponen utama LED putih, Light Dependent Resistor (LDR), keping polikarbonat (CD), dan motor dengan mikrokontroler ESP32.

Dengan bantuan sensor cahaya, alat ini kemudian memproses data dan kondisi gula dalam darah si pasien melalui sambungan laptop atau ponsel pintar dengan bantuan logaritma.

“Jadi ketika jari dimasukan ada cahaya nanti cahayanya dipilah menjadi mejikuhibiniu begitu kemudian diukur serial. Merah berapa, kuning berapa, dan seterusnya kemudian dimasukkan algoritma. Nanti akan muncul indikator high dan law,” ucap salah satu dosen pembimbing, Sari Ayu saat ditemui di Udinus, Rabu (17/3/2021).

Ketua tim penelitian, Diana mengatakan alat ini bersifat non invasif atau tidak membutuhkan luka dan darah dalam proses deteksinya.

“Ini non-invasif atau tidak membutuhkan luka dalam proses pendeteksiannya. Kan kasian kalau sudah sakit diabetes mblonyok kalau diambil darah pakai jarum, dan sembuhnya kan lama karena diabetes itu. Pakai alat ini juga meminimalisir limbah medis,” katanya.

Dia menjelaskan, Gluconov memang khusus digunakan untuk pasien diabetes militus yang harus rutin cek kadar gula dalam darah setiap harinya.

“Akurasinya mencapai 95 persen memang ini hanya bisa digunakan orang yang punya diabetes untuk cek gula darah harian,” jelasnya.

Diana mengaku, inspirasi membuat Gluconav datang dari ayahnya yang kebetulan memiliki diabetes. Sebab, ayahnya sering mengeluhkan proses pengambilan darah dengan jarum yang dirasa menyakitkan.

“Udah lama ayah kena diabetes dan mulai akhir-akhir ini sulit dimintai cek karena sakit katanya. Jadi saya coba deh gimana kalau bikin alat yang bukan hanya untuk ayah saya tapi bisa untuk masyarakat,” ungkapnya.

Hingga akhirnya ia bersama teman-temannya mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk  membuat protoipe Gluconov hingga akhirnya menjadi alat yang cukup ringkas dibawa.

“Ayah senang saya membuat alat ini dan ingin segera mencoba. Tapi ini kami masih kembangkan lagi agar lebih sempurna,” ucapnya.

Saat ini pihak universitas tengah mengajukan dan memproses pengurusan hak paten sebelum bisa dipasarkan di tengah masyarakat. Selain itu pihaknya juga masih melakukan pengembangan.

“Harganya mungkin sekitar Rp370 ribuan untuk satu alat. Kita juga masih mengajukan draft hak paten tapi masih perlu perbaikan ternyata,” tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Mitrapost.com dengan judul “Mahasiswa Udinus Ciptakan Alat Deteksi Diabetes dengan Sensor Cahaya”

Komentar