SMJTimes.com – Menghadapi ujian sekolah sering kali membawa rasa cemas, bahkan sebelum lembar soal dibagikan. Banyak siswa merasa terbebani karena tuntutan nilai, ekspektasi orang tua, hingga persaingan dengan teman sekelas.
Padahal, ujian sebenarnya bisa dilewati dengan lebih tenang jika persiapannya dilakukan dengan cara yang tepat. Mengelola pikiran dan ritme belajar menjadi kunci penting agar stres tidak mengambil alih. Semuanya berawal dari cara memahami materi secara bertahap.
Melansir dari Media Indonesia, belajar mendekati waktu ujian bukan berarti harus menghabiskan waktu berjam-jam nonstop dalam sehari. Justru, tubuh dan pikiran lebih mudah menyerap informasi ketika diberi waktu istirahat yang cukup.
Membagi waktu belajar dalam durasi singkat tapi konsisten sering membantu otak bekerja lebih baik. Ketika waktu belajar menjadi teratur, rasa panik pun berkurang karena semua materi berjalan sesuai alur.
Lingkungan belajar juga punya peran besar dalam menjaga ketenangan. Meja yang rapi, tempat yang cukup terang, serta suasana yang mendukung dapat membuat fokus lebih mudah dicapai.
Banyak siswa merasa lebih rileks ketika mereka belajar sambil mendengar musik yang lembut atau menghirup aroma yang menenangkan. Hal-hal kecil ini kadang dianggap sepele, padahal sangat membantu membangun mood belajar yang lebih stabil.
Selain itu, tubuh yang terjaga dengan baik dapat mengurangi stres menjelang ujian. Pola tidur yang cukup membuat pikiran lebih jernih saat mengerjakan soal. Begitu pula dengan makanan yang dikonsumsi, dengan memilih asupan yang ringan namun bergizi membantu tubuh tetap segar.
Ketika siswa memaksa begadang atau belajar tanpa jeda, efeknya justru membuat pikiran mudah kacau dan panik. Tidak kalah penting, memberikan afirmasi positif pada diri sendiri bisa menjadi cara sederhana untuk menjaga mental tetap kuat.
Daripada membayangkan kemungkinan terburuk, lebih baik fokus pada apa yang sudah dipersiapkan. Mengingat bahwa ujian hanyalah salah satu bagian dari proses belajar membantu meredakan tekanan yang muncul.
Ada banyak siswa yang akhirnya merasa lebih tenang setelah menyadari bahwa nilai bukan satu-satunya tolok ukur kemampuan mereka. (*)









Komentar