SMJTimes.com – Stres dapat memengaruhi tubuh, baik secara fisik maupun emosional. Stres juga memicu perasaan cemas, panik hingga depresi jika berkepanjangan.
Penelitian menunjukkan bahwa stres terkadang bisa berdampak positif. Itu membuat kita lebih waspada dan membantu kita bekerja lebih baik dalam situasi tertentu. Namun, stres hanya bermanfaat jika terjadi dalam waktu singkat. Stres yang berlebihan atau berkepanjangan dapat memicu penyakit seperti penyakit jantung dan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Dalam situasi yang membuat Anda merasa terancam atau kesal, tubuh akan menciptakan respons stres. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala fisik, termasuk mengubah cara Anda berperilaku, dan mengalami emosi yang lebih intens.
Gejala stres
Stres dapat dipicu oleh aliran hormon stres dalam tubuh. Hormon adrenalin dan noradrenalin. Hormon ini akan meningkatkan tekanan darah, meningkatkan detak jantung, dan meningkatkan jumlah keringat untuk mempersiapkan tubuh agar tanggap darurat. Hormon-hormon ini juga dapat mengurangi aliran darah ke kulit dan mengurangi aktivitas di organ pencernaan. Sementara itu, hormon kortisol melepaskan lemak dan gula ke dalam sistem untuk meningkatkan energi.
Oleh sebab itu, saat stres Anda mungkin mengalami sakit kepala, ketegangan otot, nyeri, mual, gangguan pencernaan, dan pusing. Anda mungkin juga bernapas lebih cepat, jantung berdebar, atau menderita berbagai rasa sakit dan nyeri. Dalam jangka panjang, Anda mungkin berisiko terkena serangan jantung dan stroke.
Setelah tekanan atau ancaman berlalu, kadar hormon stres biasanya kembali normal. Namun, jika Anda terus-menerus mengalami stres, hormon-hormon ini tetap berada di tubuh Anda sehingga menyebabkan gejala stres.
Ketika Anda stres, Anda mungkin memiliki berbagai perasaan yang berbeda, termasuk cemas, mudah tersinggung, atau rendah diri, yang dapat membuat Anda menjadi pendiam, bimbang, atau mudah menangis. Jika mengalami periode khawatir terus-menerus, beberapa orang mengalami perubahan perilaku. Mereka bisa jadi lebih mudah marah, bertindak tidak rasional, atau menjadi lebih agresif secara verbal atau fisik. Perasaan ini dapat menimbulkan gejala fisik lainnya, seperti tidak enak badan.
Bagaimana cara mengelola stres?
Dilansir dari Centers for Disease and Prevention, ada beberapa cara untuk mengelola stres;
Pertama, beristirahatlah dari berita, termasuk yang ada di media sosial. Informasi yang didapat secara terus-menerus tentang peristiwa negatif dapat membuat pikiran menjadi semakin rumit. Pertimbangkan untuk membatasi berita hanya beberapa kali sehari dan memutuskan sambungan dari layar ponsel, TV, dan komputer untuk sementara waktu.
Selain itu, pastikan tetap sehat secara fisik dapat meningkatkan kesejahteraan emosional Anda. Konsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan dan sayuran, protein tanpa lemak, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak atau tanpa lemak. Batasi makanan dengan lemak tidak sehat, garam, dan tambahan gula.
Selain makan, tidur yang cukup juga penting. Orang dewasa membutuhkan 7 jam atau lebih per malam, serta luangkan waktu untuk bersantai dengan tarik napas dalam-dalam, lakukan peregangan, atau meditasi. Menjaga hubungan baik dengan sekitar juga dapat menjadi cara untuk mengurangis tingkat stres dalam hidup. (*)
Komentar