Pati, SMJTimes.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pati, angka persentase kemiskinan akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2021 meningkat 10,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni 10,08 persen.
Perihal kondisi tersebut, Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Wardjono membenarkannya. Menurutnya beberapa sektor seperti usaha rumahan banyak yang harus tutup.
Selain itu, karena ada pembatasan dan pelarangan untuk tampil pentas, sektor kesenian juga terkena dampak sehingga seniman terpaksa harus beralih ke pekerjaan lain yang belum tentu mereka kuasai.
“Selama dua tahun pandemi, saya rasa sangat berimbas pada masyarakat kita. Khususnya yang di kalangan menengah ke bawah. Apalagi yang di sektor usaha home industry, pasti banyak yang bangkrut dan tutup. Pekerja seni juga demikian, jadi benar adanya jika kemiskinan itu cenderung meningkat,” kata Wardjono saat dihubungi SMJTimes.com pada Rabu (30/3/2022).
Selain itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga berpendapat jika banyak karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dari perusahaan tempat mereka menyambung hidup.
“Oh iya, banyak juga kasus PHK sepihak dari perusahaan. Mereka dirumahkan karena alasan perusahaan mengalami krisis pandemi,” imbuhnya.
Anggota Fraksi Nurani Keadilan Rakyat Indonesia (NKRI) itu menambahkan, banyak sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan pedagang kaki lima (PKL) yang mendapat pembatasan berjualan sehingga semakin menguatkan jika efek pandemi sangat nyata adanya. Meskipun aturan pembatasan jam operasi berjualan sudah dicabut, namun para pedagang tersebut perlu adaptasi kembali karena sebelumnya sudah lama tutup.
“Penyebab lainnya mungkin bisa karena penjualan UMKM yang pasti menurun, pedagang-pedagang kecil, pedagang kaki lima yang sempat mendapat batasan untuk berjualan. Pendapatan mereka pasti mengalami penurunan. Untuk bangkit kembali tentunya perlu adaptasi baru,” pungkas Wardjono. (*)
Komentar