Pati, SMJTimes.com – Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati menerangkan, sempit dan berkurangnya lahan persawahan disebabkan oleh banyaknya pembangunan komplek perumahan, yang dulunya persawahan kini berubah menjadi tembok beton.
M Nur Sukarno selaku Anggota Komisi B DPRD Pati juga memaparkan, hal tersebut yang sebenarnya menjadi masalah banjir dan rusaknya lahan persawahan di lingkup Kabupaten Pati.
“Lahan persawahan sebenarnya sanggup menahan debit air yang cukup banyak kalau lahannya luas, sekarang kan sudah jadi komplek semua, resapannya tidak ada, ya pasti banjir dimana-mana dan lama surutnya,” ujar Sukarno, saat diwawancarai via telepon Sabtu (12/3/22).
Diketahui banjir yang menerjang persawahan di kabupaten Pati seluas 642,5 hektar, tentu saja ini sangat berimbas kepada produktifitas para petani Pati.
“Di hulu (daerah atas) sudah jarang ada tanaman tahunan yang bisa menahan air permukaan tanah, sungai relatif dangkal, kesadaran warga tidak ada, bencana banjir ini otomatis juga menenggelamkan sawah tanaman pangan,” tegas dia.
Jika penanganan masalah sungai dan persawahan ini diabaikan saja, maka dampak kemunduran ekonomi akan dirasakan warga Kabupaten Pati.
Pertanian tidak produktif, tidak ada pelebaran sungai, dan hujan terus menerus, ini akan membuat polemik besar bagi petani.
Pelebaran sungai Silugonggo memang sudah dilakukan, akan tetapi hanya sampai di daerah jembatan Tanjang saja, sedangkan area yang menuju Ngantru serta Juwana tidak diperlebar.
Dampak pelebaran pun hanya dirasakan sebagian masyarakat, khususnya daerah Jambean Kidul Margorejo yang biasanya setiap tahun langganan banjir, kini terpantau aman.
Sedangkan aliran sungai Silugonggo untuk arah ke Juwana dan sekitarnya tidak diperlebar, imbasnya banjir di daerah tersebut tidak terelakan. (*)
Komentar