Pati, SMJTimes.com – Durian merupakan buah yang memiliki kenikmatan tinggi. Maka tak heran jika buah durian dijuluki sebagai “Raja Buah”. Bahkan, sejumlah jenis durian dibanderol dengan harga selangit.
Harga yang cenderung stabil dinilai menguntungkan para petani durian. Salah satunya, petani durian asal Desa Giling, Kecamatan Gunungwungkal, Agus Widodo (45). Ia mengaku keuntungan yang diperoleh tak pernah merosot setiap tahunnya. Tidak hanya itu, setiap tahun durian yang ia hasilkan selalu bertambah.
Ia mengaku telah menanam durian sejak 2017. Awalnya, ia hanya menanam empat pohon durian. Sejak awal ia menanam durian bawor dan beberapa kali memanen durian tersebut. Pada 2019, ia berhasil memanen sebanyak 20 buah durian. Padahal tanamannya baru berusia 5 tahun.
Kini, harga durian bawor yang ia tanam Rp70 ribu per kilogram. Jika dihitung per buah, durian memiliki berat 3 kilogram. Sehingga, pada panen terakhir ia berhasil meraih keuntungan sebesar Rp4,2 juta.
Harga tersebut diakuinya umum untuk jenis bawor. Harga durian bawor lebih tinggi jika dibanding harga durian montong yang hanya Rp50 ribu per kilogram.
Tetapi pada 2020, ia mengalami gagal panen karena curah hujan yang begitu tinggi.
Menurutnya, ini baru permulaan. Ia mengatakan akan ada kemungkinan keuntungannya semakin bertambah jika pohon duriannya sudah memasuki enam tahun. Pasalnya, pohon durian akan dipanen secara konsisten pada usia lima tahun ke atas.
“Saya baru nanam aja udah berhasil dapat 20 buah. Bayangkan kalau usia durian saya sudah usia enam atau tujuh tahun ke atas. Pasti hasilnya jauh lebih banyak, walaupun saya tak bisa memprediksi,” ujarnya, Rabu (14/7/2021).
Agus sangat teliti dalam membudidayakan durian, dan ia termotivasi untuk menjadi petani durian yang sukses. Sehingga ia memutuskan untuk menambah komoditas dan varietas durian di lahannya. Kini ia telah menanam 300 pohon durian di luar areal lahan 3 hektare miliknya.
“Awalnya, yang saya tanam hanya jenis bawor. Kini saya mulai menanam montong, duri hitam, dan musangking. Tetapi karena baru saya tanam, jadi belum cukup umur untuk berbuah,” ungkap Agus.
Selain hanya menanam durian secara pribadi, Agus pun termotivasi membentuk komunitas durian di Desa Giling. Tujuannya, agar warga di desanya dapat memanfaatkan kondisi lahan mereka untuk tanaman yang produktif di sektor pertanian. Apalagi dengan menanam durian, mereka tidak akan berpotensi merusak lingkungan.
Ia pun berharap dengan komunitas yang akan dibentuk mampu mempermudah pihaknya dalam memasarkan durian yang berkualitas dari daerahnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Mitrapost.com dengan judul “Harga Tak Pernah Surut, Berkah Bagi Petani Durian”
Komentar