Jateng Siap Terapkan Desa Inklusif, Ganjar Target Pendataan Penyandang Disabilitas

Bagikan ke :

Surakarta – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, siap terapkan desa inklusif di seluruh Jawa Tengah yang akan melibatkan kamu disabilitas di dalamnya. Pendataan penyandang disabilitas ditargetkan selesai dalam tiga minggu ini.

Sebelumnya, selama lima tahun terakhir ini penyandang disabilitas selalu diberikan ruang untuk ikut serta dalam penyelenggaraan Musrenbangwil di enam keresidenan Jawa Tengah. Termasuk di dalamnya adalah ruang untuk menyampaikan usulan pembangunan.

“Kebijakannya memang harus sampai di level desa. Ini juga memerlukan keberanian dari kepala desa. Pemprov telah melakukan itu, tinggal sekarang kabupaten sampai desa mengikuti,” kata Ganjar di Surakarta saat berbincang dengan tokoh-tokoh peduli disabilitas dari beberapa daerah, Selasa (10/9).

Baca juga: Ganjar : Penyandang Disabilitas Butuh Ruang untuk Berekspresi

Persoalan yang dihadapi untuk memuluskan program desa inklusif adalah pendampingan khusus kepada kepala desa, yang salah satu tugasnya adalah memberi indikator klasifikasi penyandang disabilitas.

“Yang dibutuhkan sekarang adalah data penyandang disabilitas yang valid di seluruh desa. Di Jawa Tengah ada 7809 desa. Jika itu terealisasi, bisa dijadikan basic untuk membuat kebijakan pemerintah,” katanya.

Ganjar berani mengambil kebijakan menjadi starting poin penerapan desa inklusif yang merupakan program nasional. Bahkan kalau pendataan bisa dilakukan dalam waktu dekat, di tahun anggaran 2020 nomenklatur untuk pemenuhan layanan disabilitas bisa direalisasikan.

“Dispermasdesdukcapil Jateng saya targetkan dalam tiga Minggu pendataan penyandang disabilitas selesai. Syukur-syukur nanti bisa masuk di anggaran perubahan. Tapi ya semua pihak harus turun tangan, pendamping desa, LSM, komunitas dan lainnya harus kerja cepat untuk ini,” katanya.

Baca juga: Rawan Pembegalan di Wilayah Desa Sidorejo, Demak Warga Diimbau untuk Waspada

Mama Marta, salah satu tokoh peduli penyandang disabilitas dari Sumba, NTT mengatakan persoalan mendasar untuk penerapan desa inklusif adalah single data.

Desa inklusi merupakan desa yang menyediakan layanan khusus untuk penyandang disabilitas. Roh dari inklusi adalah mendorong pemenuhan hak yang sama dengan layanan yang setara kepada semua orang termasuk penyadang disabilitas, lansia, anak-anak, perempuan hamil dan serta semua masyarakat yang menjadi bagian dari desa.

“Namun yang juga jadi tantangan besar adalah perubahan mindset dalam memandang posisi disabilitas. Komitmen bersama harus kita ciptakan untuk mewujudkan ini,” katanya. (*)

Komentar