Klaten – Kebijakan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menerapkan pemakaian batik dan lurik bagi PNS di Jateng pada Selasa hingga Jumat berdampak positif. Tidak hanya menjaga warisan budaya, kebijakan tersebut juga berdampak pada perekonomian masyarakat.
Salah satu pemilik usaha tenun lurik asal Klaten, Ruruh Jatmiko (43), mengaku bahwa kebijakan tersebut telah membuat para pengrajin terangkat kesejahteraannya.
“Selain dibeli untuk seragam PNS di Jateng, pesanan juga datang dari seluruh Indonesia. Kita juga pernah kirim kain lurik ke Malaysia, India. Lurik pun menjadi produk khas Jawa Tengah. Masyarakat sekitar terbantu perekonomiannya,” jelas Ruruh, pemilik usaha tenun lurik Sri Rejeki Tex.
Baca juga : Ganjar Dukung Jamu Masuk Jadi Warisan Budaya Dunia
Hal ini diamini oleh salah satu pekerja di Sri Rejeki Tex yang mengaku terbantu dengan meningkatnya permintaan kain tenun lurik.
“Kami dibayar Rp7.000 untuk menghasilkan kain lurik satu meternya. Setiap hari, kami bisa membuat delapan sampai 10 meter kain lurik beragam motif. Alhamdulillah, hasilnya bisa untuk membantu biaya sekolah anak, termasuk mengangsur beli sepeda motor,” papar ibu dua anak itu kepada Tim Jelajah Jateng.
Lurik sudah menjadi salah satu identitas budaya masyarakat Jawa. Sebelumnya, pada 2016 lalu, Gubernur Ganjar berbicara dengan Presiden Joko Widodo dan menyurati Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo agar mendapat pengecualian terkait penerapan Permendagri Nomor 68 tahun 2015 tentang Pakaian Dinas Harian PNS di lingkungan pemerintah provinsi. Ganjar memilih menerapkan pemakaian batik dan lurik demi kelangsungan sentra kerajinan kain tradisional di wilayah yang dipimpinnya. (*)
Komentar