SMJTimes.com – Di Indonesia, tren makrame mulai populer kembali dalam beberapa tahun terakhir seiring meningkatnya minat pada kerajinan tangan dan dekorasi rumah bernuansa bohemian.
Makrame sendiri merupakan teknik kerajinan tangan yang memanfaatkan simpul tali untuk membentuk pola dekoratif.
Berbeda dengan teknik merajut atau menenun, makrame tidak memerlukan jarum atau alat tenun, melainkan hanya menggunakan tangan untuk membuat rangkaian simpul yang teratur.
Menurut The Textile Museum Journal, teknik makrame diperkirakan berasal dari para pengrajin Arab pada abad ke-13. Mereka menggunakan simpul hias di ujung kain atau terpal untuk mencegah kain terurai.
Kata makrame sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab migramah, yang berarti “hiasan pinggiran”. Teknik ini kemudian menyebar ke Eropa melalui perdagangan dan dibawa ke berbagai negara oleh para pelaut.
Makrame banyak digunakan untuk hiasan dinding, pot gantung, tirai, aksesoris tas hingga perhiasan seperti gelang atau kalung.
Kerajinan makrame umumnya menggunakan tali dari bahan alami seperti katun, rami, atau linen. Namun, serat sintetis seperti nilon juga sering digunakan untuk menciptakan efek tertentu.
Peralatan tambahan yang biasa dipakai meliputi batang kayu, cincin logam, dan manik-manik untuk menambah variasi desain.
Beberapa simpul yang menjadi dasar dalam makrame antara lain; Square Knot (simpul persegi), Half Hitch (simpul setengah lilit) dan Lark’s Head Knot (simpul kepala lark).
Kombinasi simpul-simpul ini dapat menghasilkan berbagai bentuk dan motif, mulai dari yang sederhana hingga kompleks.
Selain sebagai karya seni dekoratif, macrame juga menjadi bagian dari industri kreatif dan kerajinan rumah tangga.
Laporan dari Craft Yarn Council menyebut kerajinan makrame mengalami peningkatan minat hingga 25% dalam pasar kerajinan global pada dekade terakhir, terutama karena kemudahan belajar dan fleksibilitas desainnya. (*)
Komentar