SMJTimes.com – Aktivitas manusia di Industri Pertanian saat ini menjadi salah satu pemicu pemanasan global. Bumi menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius sejak zaman pra-industri. Kenaikan suhu bumi secara terus-menerus ini lah yang menjadi pemicu utama cuaca ekstrem dan bencana alam. Ada pun setiap sisa panganan yang terbuang juga berkontribusi dalam peningkatan suhu bumi.
Dilansir dari CNN Indonesia, lewat studi berjudul Future warming from global food consumption di jurnal Nature Climate Change, seorang peneliti dari Columbia University bernama Catherine Ivanovich menemukan dampak makanan terhadap perubahan iklim.
“Konsumsi makanan adalah sumber utama emisi gas rumah kaca (GHG) dan mengevaluasi dampak pemanasannya di masa depan sangat krusial untuk memandu mitigasi iklim,” ungkapnya.
Dia mempelajari kandungan gas pada 94 makanan yang berasal dari 115 studi, serta menjabarkan sekitar 206 gas per satu jenis atau kelompok makanan. Hasilnya, jika dunia terus memproduksi dan mengonsumsi makanan seperti sekarang ini, sektor pangan saja dapat menyebabkan bumi bertambah panas 0,9 derajat Celcius.
Peneliti menemukan bahwa secara global konsumsi makanan dapat menambah pemanasan hampir 1 derajat celsius pada tahun 2100. 75 persen dari peningkatan suhu tersebut bersumber dari makanan dengan kandungan metana tinggi, seperti daging, produk olahan susu, dan nasi.
Gas metana merupakan gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih besar daripada CO2 dalam periode 100 tahun.
Diketahui, hewan sapi, domba, dan kambing menjadi penghasil gas metana dari sendawa dan kotoran.
Kendati demikian, konsumsi daging global meningkat 500 persen antara 1992 hingga 2016. Hal ini terjadi seiring dengan bertambahnya populasi manusia, pendapatan, dan perubahan pola makan di seluruh dunia.
Selain itu, industri pembuatan beras dan produk olahan susu (dairy) menjadi faktor pemanasan global lainnya. Menurut peneliti, sawah merupakan lahan subur bagi mikroba yang memproduksi gas metana. Apalagi, nasi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar warga dunia.
Meski makanan nabati seperti nasi cenderung menghasilkan gas rumah kaca yang lebih kecil, namun nasi meninggalkan sisa makanan yang relatif besar.
Komentar