SMJTimes.com – Gula kerap dijadikan sebagai tersangka utama di balik berbagai penyakit modern. Mulai dari obesitas, diabetes, hingga masalah jantung, semuanya dikaitkan dengan konsumsi gula berlebih. Tapi, apakah gula benar-benar seburuk itu?
Sebenarnya, tubuh kita tetap butuh gula. Gula merupakan sumber energi utama, terutama untuk otak dan sel-sel tubuh. Namun, yang menjadi masalah adalah konsumsi gula tambahan dalam makanan dan minuman olahan, bukan gula alami dari buah atau sayur.
Terlalu sering mengonsumsi minuman manis seperti teh kemasan, soda, atau kopi dengan kadar gula tinggi bisa menyebabkan gula darah melonjak drastis. Jika berlangsung terus-menerus, tubuh bisa mengalami resistensi insulin yang berujung pada diabetes tipe 2.
Selain itu, gula memberikan kalori tinggi tanpa rasa kenyang. Artinya, kita bisa makan dan minum manis dalam jumlah banyak tanpa merasa puas. Akibatnya, kalori menumpuk dan berpotensi menyebabkan obesitas.
Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini karena gula tambahan dapat memicu peradangan, tekanan darah tinggi dan lemak darah tak normal.
Bakteri di mulut sangat menyukai gula. Mereka akan mengubah gula menjadi asam yang merusak enamel gigi. Selain itu, konsumsi gula tinggi juga bisa memperburuk kondisi kulit seperti jerawat dan penuaan dini.
Namun, bukan berarti kita harus menghindari gula sepenuhnya. Kuncinya adalah mengontrol jumlah. World Health Organization (WHO) menyarankan asupan gula tambahan tak lebih dari 10% total kebutuhan kalori harian. Itu setara dengan sekitar 50 gram (12 sendok teh) untuk orang dewasa. Bahkan, anjuran idealnya adalah kurang dari 5%.
Gula bukan musuh, tapi bisa jadi masalah kalau dikonsumsi tanpa kendali. Jadi, bijaklah memilih, batasi minuman manis, baca label kemasan, dan biasakan diri dengan rasa alami dari makanan. (*)
Komentar