SMJTimes.com – Pati memiliki dua kerajinan terkenal yang dilestarikan untuk kemudian dijadikan sebuah komoditas. Kerajinan tersebut adalah Kerajinan Kuningan dan Batik Bakaran. Kedua kerajinan ini memiliki sejarah dan pembuatan yang menarik. Berikut penjelasan tentang Kerajinan Kuningan dan Batik Bakaran khas Pati.
Kerajian Kuningan Juwana
Dilansir dari dinasarpus.patikab.go.id, sejarah kerajinan kuningan Juwana berawal dari seorang Bernama Mbah Rewok yang memiliki keahlian melebur, mencampur, dan merekayasa kandungan logam, sehingga tercipta logam baru. Dia adalah salah satu pekerja pembuatan jalan Daendels. Konon katanya, dari Mbak Rewok lah kerajinan kuningan di Juwana ini berasal dan dilestarikan.
Kelebihan produk kuningan Juwana dibanding lainnya adalah cara pembuatannya dengan cara dicor, sedangkan kerajinan kuningan di daerah lain cara pembuatannya dengan cara diketok.
Proses pembuatan cor kuningan dimulai dengan membuat pola, yang kemudian diwujudkan dalam cetakan inti dan cetakan kulit yang dicor dengan dapur krus, lalu dilakukan pembersiahan inti cor dan permbersihan gating system. Sesudah itu, dilakukan pabrikasi, permesinan dan perakitan awal. Terakhir, dilakukan finishing dengan memoles produk kuningan lalu dilakukan pelapisan/coating untuk dilakukan perakitan akhir.
Keunggulan kerajinan dibanding produk lain adalah bentuk-bentuknya yang khas budaya Indonesia dan menyimpan sejarah, seperti patung Ken Dedes, Arca Ganesha, Bethari Durga, dan lainnya. Selain itu, ada pula model patung kuningan kontemporer-modern yaitu patung binatang, asesoris mebel, lampu kombinasi fiberglass dan lainnya.
Batik Bakaran
Salah satu sentra Batik Bakaran di wilayah Jawa Tengah berada di Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Secara geografis, Desa Bakaran merupakan daerah pesisir yang pernah menjadi pusat perdagangan di Pelabuhan Juwana. Pelabuhan Juwana merupakan tempat dimana kapal-kapal berlabuh sekaligus menjadi lokasi berniaga, termasuk perdagangan Batik.
Batik Bakaran ini telah ada sejak abad 14. Seorang penjaga benda-benda seni kerajaan majapahit Bernama Nyi Siti Sabirah (Nyi Danowati) datang ke Desa Bakaran untuk mencari tempat persembunyian dari prajurit Demak. Nyi Danowati adalah nenek moyang pengajar batik pertama di Desa Bakaran tersebut. Ia mengajarkan cara membatik ke masyarakat sekitar dengan corak-corak khas Majapahit, seperti gringsing, danliris, kawung, padhas gempal dan sebagainya.
Corak Batik Bakaran memiliki kemiripan dengan batik keraton. Adapun motif khusus yang diciptakan oleh Nyi Danowati, yakni motif gandrung. Motif itu terinspirasi dari pertemuannya dengan Joko Pakuwon, kekasihnya.
Ada beberapa proses dan teknik dalam pembuatan Batik Bakaran, yakni mulai dari nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, nyolet, mbironi, nyogo dan nglorod. Proses ini dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap pertama hingga terakhir. Tahapan demi tahapan tersebut dikerjakan oleh pengrajin secara manual tanpa alat cap, printing, dan sablon.
Dahulu, para pengrajin melakukan suatu ritual dulu sebelum pembatikan. Mereka akan puasa selama 3 hari, bahkan ada yang sampai 40 hari. Setelahnya, pengrajin melakukan Nyep atau pertapaan untuk mendapat inspirasi. Biasanya, mereka membuat motif yang menggambarkan kondisi masyarakat setempat, sehingga memberikan pesan moral tertentu.
Demikian sejarah singkat dari kerajian khas Pati, Jawa Tengah. Semoga bermanfaat!
Komentar