Tradisi Sambut Ramadan Khas Masyarakat Jawa

Bagikan ke :

Pati, SMJTimes.com – Menyambut bulan suci Ramadan 1442 Hijriah yang jatuh pada 13 April 2021 depan, masyarakat yang bersuku Jawa mempunyai tradisi khas. Tradisi itu dinamakan Megengan.

Orang-orang Jawa melakukan berbagai acara dan doa bersama untuk menyambut bulan Puasa. Tak terkecuali masyarakat di Kabupaten Pati. Mereka melakukan membersihkan makam para leluhur serta melakukan ziarah kubur.

Megengan ini tercermin di Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa. Selain menghelat Megengan atau Ruwahan, warga juga turut menggelar pentas seni budaya yang dilaksanakan secara sederhana di masa pandemi Covid-19.

Kegiatan yang diisi dengan pengajian, tari, menyanyikan lagu religi, baca puisi, pencak silat, dan dolanan tradisional ini sebagai bentuk antusias masyarakat Pati, khususnya anak-anak menyambut bulan Ramadan.

“Kita puunya kegiatan untuk menyambut bulan Ramadan seperti Megengan. Kita juga buat acara tradisional dengan ciri khas kita yang selama ini hampir punah. Sekaligus melestarikan budaya-budaya yang hilang. Terlebih mengedukasi anak-anak,” ujar Pegiata Omah Dolanan Tradisional, Moh Toyyib, Sabtu (3/4/2021).

Menurutnya, acara ini sangat penting untuk mengenalkan keistimewaan bulan suci Ramadan kepada anak-anak. Lantaran Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat kepada umat yang menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, acara ini patut dilestarikan agar generasi milineal tidak lupa dan meninggalkan tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini.

Tokoh Masyarakat Pagerharjo, Nur Muhlisin mengatakan, hampir seluruh daerah di nusantara memiliki tradisi yang berbeda dalam menyambut bulan Ramadan. Khusus di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, biasa menggelar Megengan.

Hanya saja, katanya, setiap daerah memiliki cara yang masing-masing berbeda dalam melangsungkan Megengan. Di Pagerharjo, Megengan sejak dahulu dikemas seperti kenduri dengan bacaan tahlil dan kalimat toyibah.

“Paling dibacakan tahlil, kalimat toyibah, dimasyarakat kita sudah biasa. Tidak ada doa khusus. Ini beda dengan peringatan Nisfu Syaban, beda lagi,” ujarnya.

Megengan oleh masyarakat Pati, juga biasa disebut Ruwahan. Megengan yang berarti menahan dalam bahasa Indonesia, atau secara luas dapat diartikan menahan segala nafsu dan membersihkan diri menjelang Ramadan. Sementara Ruwahan yang berangkat dari kata arwah, mempunyai arti mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia.

“Biasanya dilaksanakan petengahan bulan Syakban di tanggal ganjil. Antara tanggal 16 sampai tanggal 29 atau 30 Syakban. Sehingga saat Ramadan tiba, kita sudah bisa tenang dan khusyuk menjalani ibadah puasa,” tandas Nur.

Biasanya Megengan dilengkapi nasi berkat yang dikirimkan oleh warga ke musala setempat untuk kemudian didoakan dengan bacaan-bacaan tersebut. Kemudian masing-masing warga membawa pulang nasi berkatan, selain yang dikirimkannya ke musala. Selepas kenduri, biasanya warga melanjutkannya dengan ziarah kubur. (*)

Komentar