Kembali ke Desa: Tren Urban Escape yang Muncul di 2025

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Kehidupan kota yang padat dan penuh tekanan membuat banyak orang kini mencari pelarian baru.

Tahun 2025 menandai munculnya tren urban escape, di mana masyarakat perkotaan mulai kembali melirik kehidupan desa sebagai tempat untuk menenangkan diri, bekerja dengan ritme lebih lambat, dan menemukan keseimbangan hidup.

Fenomena ini tidak muncul begitu saja. Setelah masa pandemi COVID-19, banyak pekerja yang menyadari bahwa hidup di kota besar tidak selalu identik dengan kenyamanan. Harga hunian yang tinggi, kemacetan, dan tingkat stres yang meningkat membuat desa menjadi alternatif yang menarik.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan adanya kenaikan hingga 37% pada kunjungan ke desa wisata sepanjang semester pertama 2025 dibanding tahun sebelumnya.

Perubahan pola kerja juga berperan besar. Dengan semakin diterimanya sistem kerja jarak jauh, banyak profesional muda memilih untuk menjalankan pekerjaannya dari daerah yang lebih tenang.

Internet yang semakin cepat menjangkau wilayah rural, terutama di Jawa dan Bali, membuat desa tidak lagi dianggap tertinggal.

Beberapa wilayah seperti Dieng, Munduk, dan Sembalun mulai dikenal sebagai lokasi favorit para digital nomad lokal. Tak sedikit di antara mereka yang memilih tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk menikmati suasana alam sekaligus tetap produktif.

Tren ini juga mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kecil di desa, mulai dari homestay, kafe sederhana, hingga produk lokal seperti kopi dan madu hutan yang kini punya pasar baru.

Menariknya, tren kembali ke desa ini juga membawa dampak sosial yang positif. Masyarakat desa mulai berinovasi dalam mengelola potensi lokal dengan cara yang lebih berkelanjutan.

Program eco village dan community-based tourism semakin banyak digerakkan, mempertemukan nilai tradisional dengan semangat modern yang saling melengkapi.

Namun, tantangan tetap ada. Peningkatan aktivitas wisata perlu diimbangi dengan pelestarian budaya dan alam. Pemerintah daerah di beberapa wilayah mulai merancang kebijakan untuk mengatur keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan konservasi lingkungan.

Tren urban escape di tahun 2025 ini bukan sekadar bentuk pelarian sementara, tetapi cermin dari perubahan cara pandang terhadap makna hidup nyaman. (*)

Komentar