SMJTimes.com – Meski terkesan mengerikan dilihat dari namanya, Black Friday sebenarnya merujuk pada hari setelah perayaan Thanksgiving yang banyak digunakan di budaya Amerika. Black Friday dianggap senagai hari pertama musim belanja dan liburan. Menariknya, biasanya toko-toko akan mengadakan diskon besar-besaran pada hari tersebut.
Thanksgiving sendiri merupakan hari istimewa untuk merefleksikan berkah dan rasa syukur. Perayaan ini mulai ditetapkan sejak pidato Presiden George Washington pada tahun 1789.
Thanksgiving dirayakan setiap bulan November pada hari Kamis keempat dan menjadi salah satu libur nasional AS. Penulis Diana Karter Appelbaum menulis dalam bukunya ‘Thanksgiving: An American Holiday, an American History’. Menurut buku tersebut, awalnya tidak ada hari tertentu yang dikhususkan untuk perayaan Thanksgiving, namun ada hari-hari yang dianggap baik dalam seminggu. Thanksgiving tidak dirayakan pada hari Sabtu karena hari Sabat, sementara Jumat merupakan hari puasa Gereja Katolik dan hari untuk berdoa.
“Namun, hari Kamis adalah hari ceramah di Boston. Para pendeta memberikan khotbah sore bagi mereka yang memiliki waktu luang untuk menghadiri pertemuan keagamaan di hari kerja. Mungkin karena alasan ini, Kamis dini hari menjadi hari favorit bagi puasa dan Thanksgiving. Meskipun hari-hari lain kadang-kadang dipilih, Kamis menjadi pilihan tradisional,” tulisnya, dilansir dari laman Parade.
Kapan Black Friday?
Kembali pada perayaan Black Friday yang berkaitan dengan Thanksgiving, momen ini selalu jatuh pada hari Jumat atau sehari setelah perayaan Thanksgiving. Pada tahun 2023, Black Friday jatuh pada tanggal 24 November. Sementara tahun 2024, Black Friday jatuh pada tanggal 29 November.
Selain itu, nama Black Friday juga digunakan untuk merujuk pada tanggal 24 September 1869, bertepatan pada tanggal terjadinya krisis finansial di AS yang dipicu oleh spekulan emas. Pada tanggal tersebut juga bertepatan pada hari Jumat.
Dari mana istilah Black Friday berasal?
Dilansir dari laman Dictionary, banyak orang mengartikan istilah tersebut berdasar pada arti hitam yang artinya ‘keuntungan atau tidak pernah rugi’. Namun, benarkah demikian?
Secara historis, warna hitam diasosiasikan dengan hari-hari tekanan ekonomi (seperti tanggal 24 September 1869), dibandingkan dengan hari-hari keuntungan secara komersial. Black Friday pertama terjadi pada tahun 1869, setelah pemodal Jay Gould dan pengusaha kereta api James Fisk yang berusaha menyudutkan pasar emas, namun akhirnya mengakibatkan krisis finansial hingga jatuhnya pasar. 60 tahun kemudian, pada tanggal 29 Oktober 1929, jatuhnya pasar saham lain disebut sebagai Black Tuesday menandai dimulainya depresi Hebat.
Sementara itu, istilah Black Friday setelah perayaan Thanksgiving merujuk pada ‘kemalangan atau bencana’. Pada tahun 1950-an, para manajer pabrik pertama kali menyebut hari Jumat setelah Thanksgiving sebagai Black Friday karena begitu banyak pekerja mereka yang memutuskan untuk tidak masuk kerja, sehingga memperpanjang liburan akhir pekan.
Sekitar 10 tahun kemudian, Black Friday digunakan oleh polisi lalu lintas Philadelphia untuk menggambarkan hari setelah Thanksgiving. Ini karena mereka harus bekerja di shift sampai 12 jam untuk mengatur lalu lintas yang buruk.
Pengunjung juga berbondong-bondong ke kota untuk memulai belanja dan liburan mereka. Istilah ini kemudian populer di kalangan pembeli dan pedagang saja, namun akhirnya menyebar ke seluruh negeri. (*)
Komentar