SMJTimes.com – Ketika popularitas artificial intelligence (AI) kian melambung, Jepang yang sejak era 1980-an terkenal sebagai salah satu pemain dengan dominasi chipset dunia pelan-pelan tergerus oleh para pesaing baru dari Taiwan dan Korea Selatan.
Melansir dari CNBC Indonesia, Chief Executive Officer (CEO) Nippon Telegraph and Telephone Public Corporation (NTT), Jun Sawada menyebut daya saing Jepang yang mulai hilang disebabkan oleh pergantian fokus pada produksi berbiaya rendah dengan volume yang tinggi.
“Dalam hal skala ekonomi, kita tidak bisa mengalahkan TSMC Taiwan (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Ltd) atau Samsung Electronics Korea Selatan,” kata Sawada, dikutip Jumat (19/12/2025).
“Kita harus mengincar variasi produk yang tinggi, volume produksi yang rendah,” tambahnya.
Dengan adanya pemilihan produksi berbagai macam chipset yang sangat khusus dalam volume yang lebih rendah, beberapa produsen memungkinkan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi untuk distribusi produk tersebut.
NTT menjadi salah satu dari berbagai korporasi Jepang yang memilih produsen chipset dengan karakter yang telah disebutkan, yaitu Rapidus, untuk menjadi tempat bagi mereka berinvestasi, karena juga telah digaransi oleh pemerintah secara langsung.
Kemudian, Rapidus menjadi pilihan dikarenakan tiga bank besar Jepang tercatat telah berencana meminjamkan uang kepadanya dengan kisaran mencapai 2 triliun yen, demi mendukung program pemerintah terkait genjotan dalam industri chipset senilai 65 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam hal ini, NTT ingin Rapidus mengadopsi teknologi Innovative Optical and Wireless Network (IOWN) yang dimilikinya dengan menggunakan cahaya untuk transmisi data. Menurut Sawada, teknologi ini disebut lebih cepat dan efisien daya dari yang standar. (*)











Komentar