SMJTimes.com – Komunikasi antarmanusia selalu berkembang mengikuti zaman. Salah satu bentuk perkembangan paling nyata adalah cara bertukar pesan.
Jika dahulu masyarakat hanya mengandalkan surat atau telepon rumah, maka masuknya era ponsel pada akhir 1990-an membawa inovasi besar melalui layanan Short Message Service (SMS).
SMS menjadi primadona karena sederhana, cepat, dan terjangkau. Dengan tarif per pesan yang relatif murah, SMS mendominasi interaksi personal maupun profesional selama lebih dari satu dekade.
Namun, SMS memiliki keterbatasan, baik dari segi jumlah karakter maupun biaya yang harus dikeluarkan setiap kali mengirim pesan. Situasi ini mendorong lahirnya berbagai aplikasi chatting berbasis internet di awal 2000-an, seiring meningkatnya penetrasi smartphone dan jaringan data.
Melansir dari IDN Times, salah satu aplikasi pionir yang populer kala itu adalah BlackBerry Messenger (BBM). Kehadiran BBM membuat orang dapat mengirim pesan instan tanpa biaya per SMS, cukup dengan paket data.
Fitur-fitur seperti tanda “D” dan “R” yang menunjukkan pesan terkirim dan terbaca, menjadi terobosan baru yang memperkaya pengalaman pengguna.
Seiring berjalannya waktu, muncul kompetitor lain yang tidak bergantung pada satu merek ponsel. WhatsApp, yang didirikan pada 2009 oleh Jan Koum dan Brian Acton, menjadi aplikasi yang mengubah peta komunikasi global.
WhatsApp menawarkan antarmuka sederhana, bebas iklan, serta kompatibel di berbagai sistem operasi. Dengan menggunakan nomor telepon sebagai identitas, aplikasi ini lebih praktis dibanding layanan lain yang memerlukan akun khusus.
Popularitas WhatsApp meningkat pesat karena menawarkan berbagai fitur tambahan. Dari sekadar pesan teks, berkembang menjadi berbagi gambar, video, dokumen, hingga panggilan suara dan video.
Bahkan, fitur WhatsApp Group memperluas fungsi komunikasi menjadi ruang diskusi kolektif, sementara WhatsApp Business memfasilitasi interaksi antara pelaku usaha dengan pelanggan.
Saat ini, WhatsApp menjadi salah satu aplikasi chat terbesar di dunia dengan miliaran pengguna aktif. Di Indonesia, aplikasi ini bahkan nyaris menggantikan peran SMS sepenuhnya.
Praktisnya penggunaan, didukung akses internet yang semakin luas, membuat WhatsApp menjadi sarana komunikasi utama baik untuk kebutuhan pribadi, pekerjaan, hingga aktivitas komersial.
Perjalanan dari SMS menuju WhatsApp mencerminkan bagaimana teknologi merespons kebutuhan manusia akan komunikasi yang lebih cepat, murah, dan kaya fitur. Meski SMS kini jarang digunakan, jejaknya tetap dikenang sebagai tonggak awal revolusi komunikasi mobile. (*)











Komentar