SMJTimes.com – Memiliki teman dekat merupakan hal yang menyenangkan. Bisa berbagi cerita, saling dukung dan tumbuh bersama. Tapi bagaimana jika teman yang selama ini kamu anggap sahabat justru membuatmu merasa tidak dihargai, sering direndahkan, atau bahkan lelah secara emosional?
Mungkin saja kamu sedang terjebak dalam hubungan pertemanan yang toxic.
Toxic friendship bukan hanya perihal pertengkaran. Ia bisa saja hadir dalam bentuk yang lebih halus; sindiran terus-menerus, tidak pernah menghargai batasan atau bahkan hingga membuatmu merasa bersalah setiap kali kamu menolak sesuatu.
Menurut psikolog klinis Dr. Jenn Mann dalam artikelnya di Psychology Today, tanda-tanda teman toxic termasuk memanipulasi perasaan, tidak mendukung ketika dibutuhkan, dan membuatmu ragu pada nilai diri sendiri.
Namun hal seperti ini justru sering dibalut dengan kenangan manis. Ada rasa takut kehilangan atau harapan bahwa “dia bisa berubah.” Padahal mempertahankan hubungan yang merusak kesehatan mental hanya akan membuatmu terjebak dalam pola stres yang terus berulang.
Sebuah studi dari University of California, Los Angeles (UCLA) menyebutkan bahwa hubungan sosial yang penuh tekanan dapat memicu peradangan kronis dalam tubuh yang berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang.
Jadi, efek pertemanan toxic bukan hanya terasa secara emosional, tapi juga bisa berpengaruh pada fisik.
Hubungan yang sehat seharusnya saling menguatkan, bukan menjatuhkan. Jadi, jika kamu merasa terus-menerus dikuras emosinya, mungkin inilah saatnya kamu memprioritaskan diri sendiri. Bukan egois, tapi bentuk cinta yang dewasa. (*)
Komentar