SMJTimes.com – Jerawat merupakan salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh kebanyakan orang. Beberapa di antaranya muncul di bagian-bagian yang mengganggu penampilan wajah, termasuk di hidung.
Ada beberapa penyebab jerawat lebih sering muncul di hidung. Lantas, apa saja penyebab tersebut? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Mengapa jerawat sering muncul di hidung?
Dilansir dari laman Healthline, pori-pori di area ini cenderung berukuran lebih besar, sehingga lebih mudah tersumbat dengan kotoran, minyak, dan sisa makeup. Hal ini dapat menyebabkan munculnya jerawat berupa benjolan merah yang mengganggu.
Jerawat paling banyak terjadi karena pori-pori yang tersumbat. Pori-pori yang sehat didukung oleh kelenjar sebasea yang menghasilkan sebum untuk membantu menjaga kulit Anda tetap sehat dan terhidrasi. Namun, terkadang pori-pori menghasilkan terlalu banyak sebum.
Ketika sebum bercampur dengan kulit mati, kotoran, atau bakteri, jerawat dapat muncul. Ini bisa menyebabkan komedo (hitam atau putih), papula (benjolan kecil berwarna merah), hingga pustula (benjolan berisi nanah).
Lokasi jerawat di hidung juga dapat menunjukkan kondisi kesehatan. Misalnya, jerawat di ujung depan hidung Anda dapat menunjukkan masalah pencernaan. Jerawat di hidung bagian samping mungkin terkait dengan fluktuasi hormon.
Bagaimana cara pengobatannya?
Penting untuk mengetahui jenis jerawat, yakni jerawat non-inflamasi maupun jerawat inflamasi, untuk memberikan jenis pengobatan yang sesuai. Jerawat noninflamasi mengacu pada jerawat kecil, komedo hitam, dan komedo putih.
Sebagian besar jerawat non-inflamasi ini dapat dengan mudah diobati dengan salep anti jerawat, serta produk perawatan seperti krim, serum, atau toner khusus jerawat. Biasanya, produk tersebut dapat membantu membunuh bakteri, mengurangi minyak berlebih, dan mengangkat sel kulit mati.
Salah satu kandungan yang ampuh untuk mengatasi jerawat adalah asam salisilat. Asam salisilat bekerja dengan menghilangkan sel kulit mati di sekitar pori-pori, sehingga memecah dan mencegah jerawat. Asam salisilat dianggap sebagai jenis pengelupas beta hidroksi asam (BHA) yang umum.
Selain itu, agen eksfolian asam alfa hidroksi (AHA), seperti asam glikolat juga dapat membuka pori-pori sekaligus mengurangi munculnya bintik-bintik penuaan. Retinoid juga dapat membantu dengan membuka pori-pori yang tersumbat.
Sementara itu, jerawat inflamasi adalah bentuk jerawat yang paling parah. Pengobatan tujuannya untuk mengurangi peradangan, sehingga benjolan bisa mengecil. Caranya, dengan melakukan kompres dingin menggunakan es dan waslap bersih. Jika semakin parah, mungkin sudah saatnya menghubungi dokter kulit untuk meminta antibiotik dan resep obat jerawat lainnya. (*)
Komentar