Mengapa Orang Tua Khawatir Terhadap Anak?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Saat anak beranjak dewasa, orang tua sering kali merasa terlalu khawatir untuk membiarkan anak-anak hidup mandiri. Padahal, sebenarnya mereka sudah berada di usia untuk bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Namun, kekhawatiran akan kebutuhan dan keselamatan mereka tidak hilang begitu saja.

Sebenarnya, wajar merasa cemas dan khawatir terhadap anak-anak. Hal tersebut timbul karena naluri alami orang tua. Mereka memiliki ikatan emosional yang kuat dan mendalam dengan buah hati, sehingga kadang kala mengembangkan sikap protektif. Ikatan emosional ini membuat mereka merasa cemas jika mulai kehilangan kendali atas anak.

Mengapa orang tua khawatir terhadap anak?

Ikatan emosional antara orang tua dan anak dibangun tidak hanya dalam semalam, namun bertahun-tahun lamanya. Yakni, sejak anak dalam gendongan hingga tumbuh dewasa, mereka mengasuh, merawat dan menjaganya.

Sehingga, ikatan emosional yang kuat membuat orang tua sudah terprogram untuk melakukan hal tersebut.

Kekhawatiran orang tua adalah hal yang wajar dan merupakan bagian dari evolusi. Rasa khawatir membantu leluhur dalam bertahan hidup, sehingga mereka lebih waspada dan segera mengambil tindakan untuk melindungi hal-hal yang berharga, termasuk anak, dikutip dari SecondWindMovement.

Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa hal itu ada hubungannya dengan oksitosin, yang disebut ‘hormon cinta’.

Oksitosin mengaktifkan amigdala yang membantu memproses memori dan mendorong reaksi emosional seperti ketakutan, kecemasan, dan agresi. Dengan kata lain, ketika orang tua melihat anak-anak mereka dalam bahaya, amigdala mereka akan cenderung bekerja berlebihan.

Oksitosin ini juga yang menyiptakan ikatan antara orang tua dan anak.

Saat amigdala diaktifkan, akan sulit untuk dimatikan. Ini yang menyebabkan orang tua cenderung lebih mengkhawatirkan anak-anak mereka dibanding diri mereka sendiri.

Bagaimana efeknya?

Meski khawatir merupakan emosi yang wajar, namun jika kekhawatiran itu berlebihan dapat memberikan dampak buruk bagi anak Anda. Anda mungkin bersikap terlalu overprotective, sehingga menghambat kemandirian anak.

Beberapa masalah mungkin akan terjadi, seperti hilang rasa hormat pada orang tua, sulit membuat keputusan, sifat ketergantungan pada orang tua, hingga mengembangkan sikap yang memberontak.

Kapan anak dewasa?

yang sudah dewasa adalah seseorang yang mengalami pendewasaan secara fisik dan mental. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni seseorang yang sudah mencapai usia akil baligh atau bukan anak-anak dan remaja. Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), usia dewasa dimulai dari usia 19 tahun. (*)

Komentar