Mengapa Kita Di-ghosting? Berikut Penjelasan Menurut Penelitian

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Anda mungkin tidak asing dengan istilah di-ghosting pada suatu hubungan. Ghosting sendiri merupakan istilah slang ketika seseorang yang sebelumnya rutin berkomunikasi dengan Anda, tiba-tiba menghentikan komuikasi tanpa memberi tahu alasannya.

Peneliti psikologi menunjukkan bahwa perilaku itu digunakan sebagai strategi pembubaran sepihak tanpa penjelasan, baik bersifat sementara maupun permanen (LeFebvre et al., 2021).

Dilansir dari Psycology Today, hal ini sering ditemukan sebagai cara untuk mengakhiri suatu hubungan. Meski istilah ini merujuk pada hubungan romantis, pada beberapa kasus ghosting juga bisa terjadi di hampir semua hubungan. Hal ini mungkin menimbulkan kebingungan, kecemasan hingga berdampak pada kesehatan mental karena terputusnya hubungan secara tiba-tiba.

Mengapa banyak orang di-ghosting?

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa mereka di-ghosting. Dr. Tracy Hutchinson membagikan suatu penelitian tentang mereka yang memiliki kecenderungan untuk memutus hubungan tanpa alasan. Mereka mungkin memiliki karakteristik kepribadian yang membuat mereka rentan melakukan ghosting.

Seseorang yang sering melakukan ghosting pada orang lain mungkin belum dewasa secara emosional, memiliki kecenderungan untuk menghindar karena tidak ingin terikat, atau mungkin memiliki gangguan kepribadian yang tidak terdiagnosis, seperti kepribadian narsistik.

Peneliti meminta 341 partisipan untuk mengukur kecenderungan sikap mereka terhadap tindakan ghosting dalam hubungan romantis. Peneliti menilai tindakan tersebut merupakan bentuk pemutusan hubungan romantis oleh seseorang yang cenderung memiliki ciri dark triad.

Menurut O’Boyle et al. (2012), the dark triad atau tiga ‘sisi gelap’ berkaitan satu sama lain. Ini berfokus kepada tiga traits yaitu Machiavellianism (manipulasi), narsisisme, dan psychopathy.

Mereka yang memiliki kepribadian narsisme, psychopathy dan manipulatif mungkin lebih sering melakukan ghosting karena kurangnya empati, egois, dan kurangnya kedewasaan yang membuat sulit untuk mengakhiri suatu hubungan secara jelas.

Peneliti juga menemukan bahwa mereka yang memiliki ‘sisi gelap’ lebih tinggi percaya bahwa ghosting lebih dapat diterima untuk mengakhiri hubungan jangka pendek. (*)

Komentar