SMJTimes.com – Saat tertidur, sering kali kita mengalami mimpi. Mimpi terjadi selama tidur REM dan bisa terjadi berkali-kali. Tahapan ini ditandai dengan gerakan mata cepat, peningkatan gerakan tubuh dan pernapasan yang lebih cepat. Dilansir dari Healthline, dr. Alex Dimitriu, ahli bersertifikat bidang psikiatri dan pengobatan tidur mengatakan bahwa ingat atau tidaknya mimpi setelah bangun dipengaruhi dari fungsi otak manusia.
Sesungguhnya, penelitian tentang mimpi sulit dipelajari secara ilmiah. Hal ini karena aktivitas otak tidak bisa memberi tahu tentang detail mimpi, sehingga hanya bergantung pada subjektivitas orang. Bahkan, beberapa penjelasan tentang mimpi hanya didasarkan pada mitos-mitos belaka.
Sementara itu, kemampuan mengingat mimpi didasarkan pada kinerja otak dalam memproses informasi, menghilangkan hal yang tidak perlu dan memindahkan ingatan penting jangka pendek ke dalam ingatan jangka panjang. Oleh karena itu, biasanya orang akan mengingat mimpi secara umum saja.
“Dan, jika kebutuhan kita untuk bermimpi adalah indikasi dari otak yang berpartisipasi dalam proses pemulihan, ketidakmampuan kita untuk mengingat mimpi kita mungkin hanya disebabkan oleh penyortiran informasi penting dan tidak penting selama tidur,” Dr. Sujay Kansagra, pakar kesehatan tidur
Otak seseorang juga bisa memblokir mimpi sehingga anda tidak mengingatnya. Dimitriu mengatakan bahwa mimpi bisa sangat nyata, sehingga otak bisa saja tersesat antara pengalaman saat terjaga dengan mimpi, sehingga wajar jika ada seseorang yang melupakan mimpi.
Sementara itu, Julie Lambert berpendapat bahwa aktivitas otak juga dapat membuat seseorang mengingat mimpi. Area otak yang disebut temporopariental memproses informasi dan emosi. Fungsi ini membuat anda tetap terjaga dalam keadaan tidur, dan pada waktu tertentu akan mengkodekan dan mengingat mimpi.
Studi jurnal Neuropsychopharmacology yang diterbitkan oleh International Business Times menunjukkan, orang yang mengingat mimpinya memiliki lebih banyak aktivitas di temporoparietal daripada mereka yang tidak mengingat mimpi.
Lambert mengatakan bahwa orang yang tidak cukup tidur, sehingga tidur REM menurun, membuat mereka lebih sulit mengingat mimpi. Selain itu, menurutnya, kepribadian dan trauma juga berpengaruh pada kemampuan mengingat mimpi.
“Para peneliti juga mengamati ciri-ciri kepribadian paling umum yang ditunjukkan pada orang yang dapat mengingat mimpinya. Secara keseluruhan, orang-orang seperti itu cenderung melamun, berpikir kreatif, dan introspeksi,” jelasnya.
Artinya, mereka yang memiliki kepribadian lebih praktis dan fokus cenderung sulit mengingat mimpinya.
Faktor lainnya, trauma, kecemasan dan kesedihan juga menyebabkan seseorang rentan mengalami mimpi buruk. Biasanya, mimpi tersebut akan diingat hingga keesokan harinya.
Komentar