Penelitian Ungkap Dampak Nyepi bagi Lingkungan

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Sebuah penelitian mengungkap dampak Hari besar umat Hindu Bali, Nyepi, pada perbaikan lingkungan. Penelitian ini dilakukan oleh Ni Kadek Surpi dari Universitas Hindu Indonesia. Peneliti menilai perayaan Nyepi di Bali yang dilakukan oleh umat Hindu telah memberikan dampak yang baik bagi bumi.

Perlu diketahui, selama Nyepi, aktivitas di Pulau Bali dihentikan sementara untuk mematuhi 4 aturan wajib di agama Hindu dalam Catur Brata Penyepian, yaitu amati karya, amati geni, amati lelungan, dan amati lelanguan.

Dalam riset tersebut, peneliti menggunakan data-data selama 5 tahun (2018-2022) yang berasal dari instansi-instansi terkait, seperti PLN Bali, Pertamina, dan Badan Lingkungan Hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berhentinya seluruh aktivitas transportasi manusia menyebabkan adanya penghematan penggunaan listrik, pengurangan emisi gas karbon dioksida, penghematan bahan bakar bahan bakar, dan peningkatan kualitas udara.

Selain itu, I G A N Oka Kamasan menyatakan dalam tesisnya, ajaran Nyepi memiliki fungsi dalam sistem pengelolaan lingkungan yang lebih baik

“pemahaman tentang ajaran agama (contohnya nilai moral Hari Raya Nyepi) dan aturan serta sanksi sosial (contohnya awig-awig) merupakan salah satu cara pada instrumen suasif dalam sistem pengelolaan lingkungan,” jelasnya, dikutip dari laporan penelitian yang bertajuk ‘Nyepi dan Awig-awig dalam Pelestarian Fungsi Lingkungan (Studi Kasus di Desa Adat Tenganan Pageringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali)’

Ia menganggap cara tersebut dapat menumbuhkan kesadaran dan kewajiban secara moral. Hal tersebut bisa menjadi perilaku dan budaya dalam jangka panjang.

Sementara itu, berikut dampak berhentinya aktivitas sementara di Hari Nyepi bagi lingkungan.

Emisi berkurang

Pada saat Hari Raya Nyepi atau saat tidak ada aktivitas sementara oleh manusia, ada hubungan positif antara konsentrasi karbon monoksida (CO) dan suhu udara yang cenderung konsisten. Sebaliknya, pada hari-hari biasa, hubungan antara CO dan suhu udara lebih tidak konsisten dan tidak jelas.

Hal tersebut diduga karena adanya faktor antropogenik berupa aktivitas manusia, seperti transportasi pariwisata, pertanian, perikanan, perdagangan, dan pendidikan. Aktivitas tersebut mengganggu hubungan antara konsentrasi CO dan suhu udara.

Selain itu, berdasarkan Institute for Essential Service Reform (IESR), berhentinya antropogenik karena perayaan Nyepi membuat emisi gas rumah kaca akan berkurang sebesar 33%. Laporan yang terbit tahun 2020 itu menemukan adanya pengurangan emisi gas rumah kaca pada saat Hari Raya Nyepi 2019. Saat itu juga Pulau Bali berhasil mengurangi emisi hingga 5.462,74 ton CO2 dalam satu hari.

Hemat listrik

Dalam penelitiannya, Surpi mengungkapkan penggunaan listrik pada saat Hari Raya menurun drastis. Ia menuturkan, selama hari raya tersebut, Bali menghemat listrik sebesar 60 persen, yang setara dengan 4 miliar atau 290 megawatt.

Diketahui, pada hari biasa, penggunaan listrik sebesar 21.121 MWh, sementara saat Nyepi berlangsung, pemakaiannya hanya sebesar 13.427 MWh.

Bensin irit

Penghematan yang paling signifikan terjadi pada penggunaan BBM untuk transportasi. Saat Nyepi, kendaraan tidak beroperasi selama 24 jam. Pemerintah dapat menghemat devisa dan subsidi BBM untuk jenis premium dan solar.

“Negara menghemat devisa sekitar Rp52 miliar pada hari yang sama,” ungkap Surpi.

Polusi turun

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pengukuran polutan partikulat di udara selama Hari Raya Nyepi 3 Maret 2022 dan membandingkannya dengan situasi sehari-hari. Hasil pengukuran menunjukkan penurunan konsentrasi partikulat debu yang signifikan yang bervariasi di setiap lokasi pada Hari Raya Nyepi 2022 dibandingkan dengan hari-hari lainnya.

Komentar