SMJTimes.com – Dewasa ini, media sosial (medsos) sudah menjadi kebutuhan para generasi muda untuk berinteraksi secara daring dengan orang lain dibalik sebuah akun. Perkembangan aplikasi seperti Twitter, Facebook dan Instagram ini berjalan seiring penambahan fitur-fitur lain oleh perusahaan pengembang. Saat ini, medsos berguna tidak hanya sebagai sarana berinteraksi secara tekstual, namun juga secara visual dan menunjang aktivitas lainnya, seperti bergabung ke komunitas dan promosi.
Aplikasi-aplikasi tersebut memang menawarkan berbagai kemudahan dan dapat menjangkau pihak-pihak yang berada di cakupan yang lebih luas. Hal ini memungkinkan setiap konten yang dibagikan dapat diakses oleh siapapun, di belahan bumi manapun. Hal ini secara tidak sadar mendorong seseorang untuk tampil sesempurna mungkin dengan tujuan menarik atensi agar menerima jumlah ‘suka’ atau ‘love’ yang banyak.
“Media sosial dapat mengekspos pengguna ke ratusan atau bahkan ribuan gambar dan foto setiap hari, termasuk selebritis dan model fashion atau kebugaran yang kita tahu mengarah pada internalisasi cita-cita kecantikan yang tidak dapat dicapai oleh hampir semua orang,” ujar Gary Goldfield, PhD dari Eastern Ontario Research Institute, dilansir dari Detik.
Goldfield juga menyebutkan pengaruh medsos tersebut menghasilkan ketidakpuasan yang lebih besar terhadap bentuk tubuh.
Menurutnya, masa remaja merupakan masa yang rentan untuk berkembang masalah penampilan tubuh, gangguan makan, dan penyakit mental. Orang-orang di fase itu bahkan bisa menghabiskan rata-rata enam hingga delapan jam per hari di media sosial.
Kendati demikian, sebagian besar penelitian psikologis tentang medsos yang berkaitan dengan penampilan tubuh dan kesehatan mental bersifat korelasional. Sehingga, tidak dapat dipastikan apakah orang dengan masalah penampilan tubuh dan kesehatan mental menghabiskan lebih banyak waktu di medsos atau jika penggunaan media sosial mengarah pada peningkatan yang lebih besar dalam penampilan tubuh dan masalah kesehatan mental.
Sebuah penelitian diterbitkan oleh Asosiasi Psikologi Amerika (APA) dengan melibatkan sebanyak 220 mahasiswa sarjana berusia 17-25 (76% perempuan, 23% laki-laki, 1% lainnya). Responden yang diambil adalah pengguna medsos dengan rata-rata penggunaan minimal dua jam per hari dan menunjukkan gejala depresi atau kecemasan.
Selama minggu pertama percobaan, semua peserta diinstruksikan untuk menggunakan media sosial seperti biasa. Penggunaan media sosial diukur menggunakan pelacakan screentime. Kemudian pada minggu pertama, separuh peserta diinstruksikan untuk mengurangi penggunaan medsos tidak lebih dari 60 menit per hari
Tiga minggu berikutnya, peserta yang membatasi penggunaan aplikasi medsos diminta untuk mengurangi lagi menjadi rata-rata 78 menit per hari.
Hasilnya, peserta yang mengurangi penggunaan media sosial mengalami perubahan signifikan dalam cara mereka memandang penampilan dan berat badan. Riset ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan diri pada remaja yang tertekan setelah mengurangi waktu penggunaan media sosial.
“Mengurangi penggunaan media sosial adalah metode yang layak untuk menghasilkan efek positif jangka pendek pada citra tubuh di antara populasi pengguna yang rentan dan harus dievaluasi sebagai komponen potensial dalam penanganan gangguan terkait citra tubuh,” ujar Gary Goldfield.
Komentar