SMJTimes.com – Angka kelahiran di negara Jepang menurun setiap tahunnya. Kondisi tersebut membuat Pemerintah khawatir karena banyak masyarakat tak ingin menjalin hubungan romantis, hingga pemerintah turut ikut campur dalam menjodohkan warganya.
Menurut survei dari National Institute of Population and Social Security Research ditemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15 persen wanita Jepang tidak tertarik menikah. Angka ini menjadi prosentase tertinggi sejak 1982.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan negaranya hampir tidak berfungsi sebagai masyarakat karena tingkat kelahiran yang menurun. Dikutip dari Detik (22/2), berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya, di perfektur Miyagi, warga dapat menemukan pasangan melalui kecerdasan buatan dari pemerintah. Kemudian, di Ehime, pemerintah juga menawarkan sistem perjodohan melalui big data. Adapula di Miyazaki, pemerintah juga memfasilitasi perjodohan dimana calon pasangan diminta untuk berkirim surat.
Di Tokyo, pemerintah bahkan menggelar pelatihan kencan dasar. Pelatihan ini berisi materi tentang bagaimana memulai obrolan dengan lawan jenis.
Pemerintah sangat antusias dalam menjodohkan masyarakatnya. Hal ini dilakukan demi meningkatkan angka kelahiran dan kelangsungan negara.
Usaha lain yang efektif menurut pakar adalah menyeimbangkan waktu kerja dan keluarga.
“Negara pasca industri seperti Swedia menunjukkan mungkin menyeimbangkan antara kerja dan keluarga sehingga tidak ada penurunan besar kelahiran,” tutur pakar Mary Brinton dari Harvard.
Komentar