Garuda Indonesia Ambil Keuntungan Hanya 2,5 Persen dari Biaya Haji

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Pihak Garuda Indonesia akui biaya penerbangan haji tahun ini sulit diturunkan. Hal tersebut disampaikan oleh Irfan Setiaputra selaku Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) yang hanya bisa menurunkan sampai batas biaya sekitar 32,74 juta rupiah setelah sebelumnya Kementerian Agama (Kemenag) mengusulkan harga 33,97 juta per Jemaah.

Irfan pun meminta semua pihak memaklumi karena harga tersebut tidak bisa turun lebih rendah lagi. Ada tiga isu besar yang dihadapi Garuda soal penerbangan haji kali ini.

“Saya mohon pengertian dan pemahaman bersama. Kami sampaikan berulang kali ke Kemenag bahwa ada tiga isu besar yang dihadapi dengan angka-angka ini, dan seperti tahun-tahun sebelumnya, kita ambil sedikit risiko dalam perhitungan ini,” ungkap Irfan, dikutip dari CNN Indonesia (15/2).

Isu besar yang dimaksud adalah harga avtur yang berada di kisaran 97 cen per liter. Garuda mengambil perkiraan 93 cen per liter, karena ada kemungkinan penurunan di sisi avtur. Isu kedua adalah harga pesawat yang disepakati menggunakan asumsi kurs RP 15.150 per dolar AS sesuai kesepakatan Kemenag dan BPKH. Kemudian, isu lainnya adalah garuda menggunakan harga sewa pesawat sama dengan 2019 dengan asumsi kondisi normal.

“Kami hanya mengambil 2,5 persen margin. Ada risiko di kami, tapi kami akan coba manage secara maksimal mengenai atur, harga sewa pesawat maupun exchange rate. Sehingga, bila diminta turun lagu sudah Rp 212.900, angka mana lagi pak,” ujar Irfan pada Fraksi Komisi VIII DPR RI.

Garuda sebelumnya mengusulkan biaya penerbangan ibadah haji tahun ini sebesar Rp 33,4 juta. Secara rinci, usulan itu termasuk biaya langsung dan tidak langsung. Sementara itu, Garuda mengambil keuntungan sebesar 2,5 persen, yaitu setara Rp 815 ribu.

Komentar