SMJTimes.com – PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca trauma merupakan kondisi stres yang dipicu oleh kejadian traumatis. Bersumber dari halodoc, PTSD berkembang setelah mengalami peristiwa yang sangat menegangkan, menakutkan, menyedihkan dan traumatis berkepanjangan. Ada beberapa faktor pemicu stres pasca trauma tersebut, diantaranya adalah;
- pengalaman yang menakutkan, termasuk tingkat keparahan dan jumlah trauma yang pernah dialami.
- Mewarisi risiko kesehatan mental dari keluarga.
- Ciri-ciri kepribadian seperti kecenderungan tempramen.
- Otak mengatur zat kimia dan hormone yang dilepaskan tubuh sebagai respon terhadap stress.
Adapula faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko PTSD, yakni mengalami trauma intens, mengalami trauma di masa kanak-kanan, pekerjaan yang meningkatkan risiko traumatis (seperti menjadi anggota militer), memiliki masalah kesehatan mental (kecemasan dan depresi), memiliki anggota sedarah yang mengalami masalah mental.
Gejala PTSD
PTSD dapat terdeteksi setelah menunjukkan beberapa gejala yang bisa muncul dalam 1 bulan, hingga bertahun-tahun setelah mengalami kejadian trauma.
Gejala Ingatan Intrutif, yaitu ingatan yang tidak diinginkan yang sifatnya seperti kilas balik dan mimpi buruk tentang peristiwa traumatis yang pernah dialami.
Menghindari pikiran, obrolan, tempat dan kegiatan yang akan mengingatkannya pada peristiwa traumatis tersebut.
Perubahan negatif yang meliputi munculnya pemikiran negatif, putus asa dengan masa depan, kesulitan mengingat, merasa jauh dari keluarga dan teman, minat berkurang pada kegiatan yang disukai sebelumnya, dan tidak ada emosi positif.
Perubahan reaksi emosional dan fisik seperti mudah kaget dan ketakutan, selalu waspada, perilaku merusak, sulit tidur, sulit konsentrasi, rasa malu dan bersalah yang luar biasa.
Pengobatan PTSD
Sebelum melakukan pengobatan dari ahli, pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan dan diagnosis. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik dan evaluasi psikologis, mencakup diskusi tentang tanda dan gejala yang muncul.
Dalam pengobatannya, pasien PTSD diarahkan oleh dokter untuk melakukan terapi kognitif. Terapi ini membantu pengidap mengenali cara berpikir yang membuatnya terjebak di masa lalu. Kemudian, ada terapi paparan, yaitu terapi yang dikhususkan agar pasien mampun menghadapi situasi dan ingatan menakutkan dengan aman.
Jenis terapi lainnya ada Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata. Terapi tersebut menggabungkan pemaparan dan gerakan mata untuk memproses ingatan traumatis dan mengubah cara bereaksi.
Adapun obat-obatan yang digunakan untuk menangani pasien PTSD;
- Antidepresan, yaitu obat yang akan membantu pasien saat menghadari gejala kecemasan, depresi, kurang tidur dan kurang berkonsentrasi.
- Anti kecemasan, yaitu obat untuk meredakan kecemasan yang parah.
- Prazosin, yaitu obat mengurangi atau menekan mimpi buruk.
Gangguan PTSD ini dapat mengganggu seluruh aspek kehidupan, pekerjaan, hubungan sosial dan kesehatan pasca mengalami trauma. PTSD juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental lain seperti depresi, ketergantungan obat terlarang dan minuman alkohol, gangguan makan dan keinginan bunuh diri.
Demikian penjelasan tentang PTSD atau gangguan stres pasca trauma.
Komentar