SMJTimes.com – Pemerintah dan pengelola candi merencanakan kenaikan tarif masuk Candi Borobudur, Jawa Tengah. Sebelumnya, diusulkan harga 750 ribu rupiah, namun dibatalkan di rapat terbatas bersama Presiden RI. Adapun harga tiket yang baru dikaji pemerintah untuk pengelolaan Candi Borobudur yaitu kisaran 100 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah untuk wisatawan nusantara (wisnus).
Untuk saat ini, tiket dipatok dengan harga sebesar 50 ribu rupiah untuk wisatawan nusantara dan 5 ribu rupiah untuk pelajar. Sementara untuk wisatawan mancanegara direncanakan tiketnya seharga 500 ribu rupiah.
Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Manparekraf) mengatakan bahwa kisaran harga tersebut masih dalam tahap pembahasan pemerintah dan pengelola candi. Namun, Sandiaga tidak dapat merinci apakah tarif tersebut hanya tarif masuk ke Kawasan candi, atau sekaligus akses naik ke area stupa. Ia menyebutkan bahwa finalisasi harga akan ditetapkan oleh PT Taman Wisata Candi (TWC).
Sandiaga Uno pun mengaku sudah mengantongi restu dari Menteri Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, serta akan melapor kepada Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin.
“Jadi, jika ini akan dimulai, TWC yang akan mengimplementasikan dan menindaklanjuti,” katanya, dikutip dari Tribunnews (9/2).
Ia juga mengatakan bahwa wisata Candi Borobudur telah diujicobakan pada peserta ASEAN Travel Forum (ATF) 2023.
Rencananya, pengelola akan membatasi wisatawan yang naik ke stupa. Selain itu, akan disediakan pula alas kaki dan pemandu bagi wisatawan yang ingin naik ke sana. Hal tersebut dilakukan karena sepatu dapat mengikis bebatuan.
Menanggapi usulan tarif seharga 750 ribu tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyampaikan bahwa itu bentuk komersialisasi bukan konservasi. Harga yang tinggi tentunya tidak bisa diberlakukan untuk segala kalangan.
“Kalau memang untuk konservasi dan menyelamatkan Candi Borobudur, kan bisa dengan pembatasan kapasitas saja. Tidak perlu tarif selangit,” tutur Tulus Abadi, Ketua Pengurus YLKI.
Menurutnya, jika manajemen Candi Borobudur membutuhkan biaya operasional yang tinggi untuk perawatan dan konservasi, harusnya dapat dilakukan dengan cara lain. Misalnya manajemen dapat mengeksplorasi kawasan candi dengan wahana wisata yang bisa dikomersialisasikan.
Komentar