Perajin Batik Juwana Tingkatkan Aspek Attitude, Pengetahuan, dan Pengalaman

Bagikan ke :

Pati, SMJTimes.com – Perajin batik di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati berusaha untuk meningkatkan kompetensi keterampilan dalam pebuatan batik. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka juga memperdalam ilmu berkaitan dengan aspek attitude, pengetahuan, dan pengalaman.

Tamziz Al Anas salah seorang pemilik Wisata Batik Pati Yuliati Warno menjelaskan, adapun materi yang diutamakan diberikan kepada para peserta yaitu membatik tulis.

Kriterianya itu bagaimana membuat klowongan, engkrengan itu bagus, tembus, tebal, tidak putus, tidak tipis, gligir, terus isen-isen juga yang dipakai ada karakteristik. Untuk cecek-cecek atau sawit sesuai dengan khasnya daerah masing-masing itu harus tembus, bagus sesuai canting yang digunakan yaitu desain canting kecil.

“Kalau untuk klowongan itu canting sedang, sedangkan untuk canting besar dipakai untuk mogok atau menutup sebagian warna untuk pewarnaan selanjutnya dalam arti mempertahankan warna jika ada proses pewarnaan yang selanjutnya.”ucap Tamziz Al Anas saat ditemui SMJTimes.com di rumahnya.

Adapun beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk bisa kompeten yakni meliputi 3 aspek seperti attitude, pengetahuan dan pengalaman.

Peserta sangat antusias dan senang sekali serta ingin memperbaiki atau memiliki dedikasi sebagai pembatik yang kompeten.

“Jadi para pembatik bila nanti menawarkan jasa kepada pengusaha batik atau bahwa usaha batik ini benar-benar dikerjakan oleh tenaga yang kompeten di bidang batik itu,” tuturnya.

Lebih lanjut Tamziz menuturkan banyak pembatik yang turun temurun dari satu genarasi ke generasi lain, ditambah dengan saudara-saudara pembatik yang ada di lain desa.

“Jadi lokasi kita ada di desa langgenharjo, ada lahan yang begitu luas, prospek di pinggir jalan dengan masyarakat yang notabene nya banyak ibu-ibu pembatik sehingga kita punya inisiatif untuk mengembangkan batik sebagai potensi daerah untuk temuan kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

Pesisir Juwana terkenal dengan adanya batik yang merata dan sudah ada turun temurun sejak zaman Majapahit. Tepatnya di Desa Langgenharjo, banyak pembatik yang sudah turun temurun belajar dari orang tua, neneknya, buyutnya.

Ia menyebutkan, pada tahun 2007 tercetus untuk mendirikan usaha batik lantaran batik diakui sebagai warisan negara lain. Hal ini terjadi saat pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia pun meminta agar masyarakat mencintai, bangga dan memakai batik. Ia berharap batiknya dapat dipasarkan sampai ke kancah internasional.

“Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya yaitu negara melindungi dan sebagai warisan budaya itu pada Indonesia yang diakui oleh UNESCO dengan program-program di edukasi pelatihan dan sertifikasi sehingga itu menjadi salah satu wujud pelestarian, pengembangan yang berbasis industri.”jelasnya. (*)

Komentar