Aktor Ketoprak di Pati Banting Setir Jual Mi

Bagikan ke :

Pati, SMJTimes.com – Memasuki masa new normal, Pemerintah Kabupaten Pati belum juga memperbolehkan pentas seni ketoprak outdoor. Kebijakan ini untuk meminimalisir potensi kerumunan di masyarakat.

Di sisi lain, kondisi ini membuat seniman tradisional ketoprak kesulitan mencari nafkah. Salah satu yang merasakannya adalah Hartawan, pemain ketoprak dari Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selama masa pandemi, Hartawan terpaksa banting setir menjadi penjual mi. Warung mi milik Hartawan saat ini berlokasi di Pusat Kuliner (Puser) Gabus, Kecamatan Gabus.

“Seniman, khususnya ketoprak sangat terdampak pandemi. Kita enggak ngerti harus ngapain, ketoprak belum boleh untuk pentas. Banyak dari kebutuhan harian yang harus kita penuhi, sementara pendapatan kita 100 persen menurun dari ketoprak,” Ujar Hartawan saat diwawancarai awak media beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan selama masa pagebluk sektor kesenianlah yang paling sulit pulih dari pandemi. Sekali pun untuk kelompok seni budaya ketoprak yang sudah populer di Jawa Tengah seperti grup Ketoprak Siswo Budoyo yang diikutinya.

Sebelum menjual mi, Hartawan mengaku juga pernah melakoni profesi yang lain yakni membuat kerajinan tangan berbahan baku kayu. Sayangnya saat karya-karya dijual di aplikasi pasar online omzet yang dihasilkan belum mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Sempat dulu membuat kerajinan kayu yang kita jual online, cuman bertahan 1,5 tahun. Karena belum ada perkembangan dari segi ekonomi,” jelas aktor kesenian Ketoprak Siswo Budoyo itu.

Ia pun memutar otak untuk mencoba usaha yang lain yakni warung mi.  Ia menceritakan untuk menambah modal. Usaha baru yang dijalaninya ini membuatnya harus menjual mobil kesayangannya.

“Saya jual mobil untuk membuat usaha warung mi Siswo Budoyo ini, setelah mendapatkan izin dari bos saya untuk namanya. Adanya warung ini sebagai tuntutan ekonomi. Di mana kita harus memutar otak di situasi pandemi seperti dua tahun lebih sampai saat ini,” beber Hartawan.

Pemberlakuan PPKM Level 1, ia berharap bisa menjadi angin  bagi pegiat kesenian seperti dirinya, agar diperbolehkan menggelar pentas jelang hari-hari besar dalam waktu dekat.

“Harapannya pandemi segera berakhir, agar kami bisa tetap hidup. Setiap bulan Apit dalam kalender Jawa, kita selalu bisa tampil dalam acara Sedekah Bumi dan Sedekah Laut. Begitupun saat menjelang Ramadan dan Hari Raya. Namun dua tahun ini, kami harus berpuasa karena pentas belum diperbolehkan,” tandasnya. (*)

Komentar