Pati, SMJTimes.com – Sejumlah peternak di Kabupaten Pati mengeluhkan mahalnya harga pakan ternak. Di sisi lain harga telur terus mengalami penurunan seiring permintaannya yang berkurang. Kondisi ini tentu membuat keuntungan peternak menjadi tak optimal bahkan merugi.
Harga pakan ternak dibandrol Rp 5.600 per kilogram padahal dalam kondisi normal harganya hanya RP 4.500 perkilogram.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan, Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Andi Hirawadi menyebut tahun ini adalah masa-masa yang sulit bagi peternak. Ia menegaskan kondisi ini tidak hanya terjadi di Pati saja, melainkan dialami oleh seluruh peternak ayam di Indonesia.
Dispertan Pati mengungkap beberapa faktor yang menyebabkan harga pakan ternak ini tak kunjung menurun sejak awal pandemi. Permasalannya adalah distribusi jagung dan konsetrat impor ke Indonesia sedang tersendat.
Di sisi lain, stok jagung dalam negeri juga tak mampu memenuhi kebutuhan nasional. Sayangnya 80 persen bahan baku pakan di Indonesia menggantungkan barang dari keran impor.
“Selain jagung naik, konsentrat juga naik karena barang tersebut semua harus impor, berpengaruh pada kondisi pakan di Indonesia bukan hanya di Pati tapi nasional,” kata Andi kepada Mitrapost.com saat diwawancara di kantornya hari ini, Selasa (28/9/2021).
Biaya transportasi kapal-kapal kargo juga naik 2 kali lipat lantaran kapal kargo antar negara masih jarang beroperasi.
Kendati demikian, Andi mengatakan bahwa pemerintah pusat dalam waktu dekat akan mengintervensi penyebaran bahan baku jagung impor dengan cara mengurangi harga jual jagung impor menjadi Rp 4.500 per kilogram agar bisa diakses lebih banyak orang.
“Kita menunggu dari pusat bantuan pakan harga murah. Skemanya seperti tahun 2018, ada bantuan harga murah dari Bulog dengan membuka jagung dengan harga murah seharga Rp 4.000 sampai dengan Rp 4.500,” tandas Andi. (*)
Komentar