SMJTimes.com – Israel kembali memunculkan reaksi keras dari global, mulai Amerika Serikat (AS) hingga sejumlah kawasan Muslim seperti Turki, Mesir dan Arab Saudi, setelah menandatangani perjanjian hubungan diplomastik sekaligus mengakui Somaliland sebagai negara merdeka.
Melansir dari CNBC Indonesia, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menjadi yang pertama kali mengumumkan pengakuannya secara resmi, terhadap Republik Somaliland sebagai negara merdeka dan berdaulat.
Menurut pihaknya, deklarasi tersebut sejalan dengan Kesepakatan Abraham yang merujuk pada sejumlah perjanjian antara Israel bersama negara Arab yang ditengahi oleh Presiden AS, Donald Trump selama masa kepresidenannya.
Namun, sejumlah negara Arab tersebut justru mengutuk langkah yang diambil Israel dengan dianggap mencampuri urusan domestik dalam negeri Somalia secara terang-terangan.
Bahkan, Arab Saudi menyatakan penolakan secara mutlak terhadap deklarasi pengakuan timbal balik antara Israel dan Somaliland melalui pernyataan resminya yang dirilis Saudi Press Agency (SPA). Kerajaan Arab menegaskan posisi teguhnya mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Somalia.
Perlu diketahui, Somaliland merupakan sebuah negara yang berada di posisi strategis di Teluk Aden yang sedang mencoba mendeklarasikan kemerdekaannya dari Somalia sejak 1991.
Selama beberapa dekade, Somaliland yang telah memiliki mata uang, paspor dan pasukan tentara sendiri itu selama bertahun-tahun sudah berupaya untuk mendapatkan pengakuan internasional, terkait dengan kemerdekaannya.
Karena kurangnya pengakuan tersebut telah menjadi penghambat akses terhadap pinjaman, bantuan, dan investasi asing yang akan masuk ke Somaliland, hingga disebut sebagai wilayah yang sangat miskin.
Sementara, sejumlah analis mengatakan bahwa alasan Israel mengakui kedaulatan Somaliland adalah kebutuhannya terhadap sekutu di wilayah Laut Merah, salah satunya untuk melawan Houthi di Yaman setelah perang Gaza pecah pada Oktober 2023.
“Somaliland adalah kandidat ideal untuk kerja sama semacam itu karena dapat menawarkan Israel akses potensial ke area operasional yang dekat dengan zona konflik,” jelas Institut Studi Keamanan Nasional dalam sebuah makalah, dikutip Selasa (30/12/2025). (*)



Komentar