Perkembangan Teknologi GIS sebagai Transformasi Digital Telah Diadaptasi Pertamina hingga LPN

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Teknologi Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS) saat ini telah berkembang menjadi sebuah fondasi transformasi digital di berbagai sektor, mulai dari energi, layanan publik, transportasi, hingga mitigasi bencana.

Di balik tampilan peta yang sederhana, GIS dipercaya sebagai sebuah mesik analitik yang mampu mengolah data lokasi dan memprediksi risiko keadaan di lapangan secara real time, sekaligus mendukung pengambilan keputusan strategis pada level perusahaan maupun pemerintah.

Dalam hal ini, GIS mampu menggabungkan antara data lokasi, sensor digital, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hingga visualisasi dinamis guna memperlihatkan kondisi di lapangan yang sebenarnya secara lebih akurat.

“Organisasi tidak hanya melihat data, tetapi memahami konteks di mana data itu berada. Itulah kekuatan GIS,” jelas Country General Manager Esri Indonesia, Habisanti, dilansir dari Detik pada Rabu (10/12/2025).

Salah satu perusahaan yang telah mengadopsi teknologi GIS, di antaranya yaitu PT Pertamina (Persero), dengan pengoperasian melalui platform Real-Time Permit untuk mengelola sebanyak lebih dari 5.000 dokumen perizinan, yang dipantau secara langsung melalui dasbor berbasis lokasi.

Melalui bantuan GIS, setiap proyek dapat dipetakkan statusnya, mulai dari yang berada dalam tahap evaluasi, sedang diproses, maupun telah dianggap selesai. Kemudian, sistemnya juga telah dilengkapi oleh automatic alert untuk pengantisipasian risiko administratif sebelum timbul hambatan.

Selain Pertamina, Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero) juga mengadopsi GIS sebagai tulang punggung transformasi digital, terutama dalam pemeliharaan jaringan listrik hingga inovasi terbaru yang sedang dijalankan, yaitu analisis vegetasi.

Pengoperasian GIS terjadi dari penggabungan antara citra udara, AI, dengan peta jaringan listrik untuk dapat mengidentifikasi titik-titik pepohonan yang berpotensi mengganggu kabel, agar tim operasional dapat melakukan pemangkasan secara terukur dan lebih efisien. (*)

Komentar