SMJTimes.com – Perasaan cemburu sering dianggap sebagai emosi negatif yang harus dihindari, padahal pada dasarnya ia menjadi hal manusiawi yang hampir semua orang pernah alami.
Dalam konteks hubungan, rasa cemburu bisa hadir ketika seseorang merasa terancam kehilangan perhatian, kasih sayang, atau posisi penting di hati orang lain. Namun, cemburu tidak selalu buruk, selama dikelola dengan sehat.
Menurut Terapis Fort Lauderdale, Jose Ramirez, Licensed Mental Health Counselor (LMHC) dalam The Psychology Group membagi dua jenis perasaan cemburu, yaitu cemburu romantis dan cemburu sosial.
Cemburu romantis biasanya muncul dalam hubungan asmara, misalnya takut pasangan lebih dekat dengan orang lain. Sementara cemburu sosial terjadi dalam hubungan pertemanan, keluarga, atau pekerjaan, seperti iri pada rekan kerja yang lebih dihargai oleh atasan.
Namun meski begitu, perasaan cemburu menandakan adanya keterikatan emosional seperti tidak ingin kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya. Tapi jika berlebihan, cemburu juga bisa berpotensi merusak hubungan.
Studi neurosains mengungkap bahwa rasa cemburu mengaktifkan reaksi nyata dari bagian otak yang sama dengan rasa sakit fisik. Itu sebabnya, cemburu sering terasa perih di hati.
Dalam kadar tertentu, cemburu dapat memotivasi seseorang untuk memperbaiki diri. Misalnya, saat melihat orang lain sukses, perasaan cemburu bisa mendorong seseorang bekerja lebih keras agar mencapai hal yang sama.
Oleh karena itu, alih-alih menekan atau melampiaskannya secara berlebihan, rasa cemburu sebaiknya diolah menjadi komunikasi yang sehat. Membicarakan perasaan dengan jujur kepada pasangan atau orang terdekat bisa membantu mengurangi kesalahpahaman. (*)
Komentar