SMJTimes.com – Istilah Googling keluar dari dominasi aktivitas pencarian informasi secara daring melalui platform Google dengan penggunaan yang terlalu sering.
Namun, seiring bertumbuhnya Generasi Z yang lahir pada rentang kurun waku 1997 hingga 2012, pencarian informasi tidak lagi mengandalkan platform Google, melainkan langsung pada media sosial atau bahkan pada artificial intelligence atau AI Generatif seperti ChatGPT.
Mengutip pada Badan Pusat Statistik (BPS) Gorontalo, Generasi Z tumbuh di tengah era digital dan akses informasi tanpa batas, dimana kehidupan mereka sepenuhnya terhubung dengan teknologi, menjadikan media sosial dan internet bagian integral dari aktivitas dan rujukan sehari-hari.
Paparan terhadap berita, media sosial, dan perkembangan teknologi membentuk karakternya baik dari segi bersosialisasi, belajar, maupun bekerja dalam anggapan “digital world is the real world.”
Generasi Z lebih banyak membuka media sosial Tiktok untuk mencari informasi, misalnya seperti rekomendasi restoran atau hotel dengan alasan rujukannya berasal dari kreator konten yang menyajikan kebutuhan yang dicari dengan bentuk video.
Hal ini juga didukung oleh data menurut CNBC Indonesia, survei Forbes Advisor dan Talker Research pada April 2024 kepada 2.000 warga Amerika yang menemukan sejumlah 45% Generasi Z melakukan pencarian sosial lewat platform media sosial seperti Tiktok dan Instagram, dibandingkan Google.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari generasi yang lebih tua yaitu 35% generasi milenial, 20% Gen X, dan kurang dari 10% Boomer.
Sementara di Indonesia, Generasi Z menjadi kelompok demografis terbesar saat ini dengan jumlahnya mencapai 27,94 persen dari total populasi sekitar 74,93 juta jiwa dengan predikat konsumen media paling dominan abad ini.
Hal ini memaparkan hasil jika Generasi Z beralih dari Google ke media sosial, artinya platform tersebut benar-benar sedang ditinggalkan oleh lebih dari separuh pengguna pada awalnya. (*)
Komentar