Teater Musikal sebagai Panggung Penyampaian Isu Sosial

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Seorang penyair terkemuka Indonesia tahun 50-an, Rendra menciptakan Bengkel Teater yang berhasil menjadikan drama teater sebagai sebuah ruang pengembangan penyampaian permasalahan sosial di Indonesia.

Seperti teater musikal yang pernah ditampilkan berjudul “Mastodon dan Burung Kondor” dan “Perjuangan Suku Naga”, sukses membawa isu tentang korupsi dan kesenjangan sosial pada 1970-an.

Melansir dari Tempo, pada 1980-an Nano Riantiarno juga menulis “Opera Kecoa” dari Teater Koma yang mengisahkan kehidupan pekerja seks, transpuan, dan kaum marginal lain yang berusaha menyambung hidup di ibukota, dengan perbandingan kehidupan mewah seorang pejabat menggunakan uang haramnya.

Penampilan teater tersebut sukses dipentaskan di beberapa tempat hingga mendapatkan sambutan hangat dari publik, sampai di masa pemerintahan Orde Baru, Opera Kecoa secara resmi dilarang untuk ditampilkan.

Setelah rezim Presiden Soeharto tumbang, barulah Opera Kecoa bisa dipentaskan kembali hingga dikenang sebagai karya penting dalam sejarah teater Indonesia.

Penampilan teater sebagai panggung drama mampu mempertemukan antara manusia, konflik, dan realitas sosial di tengah-tengah para pemain dan penonton dengan memanfaatkan simbol, alegori, dan humor untuk menyampaikan kritik.

Penyajian teater musikal juga dianggap lebih lengkap ketimbang kesenian lain karena memadukan antara sastra, musik, tari, rupa, hingga multimedia.

Baru-baru ini, teater musikal kembali ditampilkan di Taman Ismail Marzuki yang digelar oleh EKI Dance Company berjudul “Perempuan Punya Cerita” mengangkat kisah perempuan yang melawan ketidakadilan, mulai dari perundungan, kekerasan seksual hingga perdagangan orang.

Melalui teater musikal ini, disebut bertujuan untuk merefleksikan banyak kejahatan yang sedang ramai terjadi saat ini. (*)

Komentar